Delegasi Indonesia dalam perundingan tarif ini akan dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dengan optimisme, Airlangga menyatakan bahwa negosiasi dengan otoritas AS akan berjalan efektif karena melibatkan pejabat setingkat menteri.
Senada dengan itu, Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia telah merancang sejumlah opsi negosiasi strategis yang akan dibawa dalam forum resmi di Washington.
Pemerintah memilih jalur diplomasi sebagai solusi yang saling menguntungkan, menghindari langkah retaliasi yang justru dapat memperburuk hubungan dagang kedua negara.
"Indonesia sendiri akan mendorong beberapa kesepakatan dan dengan beberapa negara ASEAN, menteri perdagangan juga berkomunikasi selain dengan Malaysia juga dengan Singapura, dengan Kamboja dan yang lain untuk mengkalibrasi sikap bersama ASEAN," jelas Airlangga, menunjukkan soliditas kawasan dalam menghadapi kebijakan proteksionis AS.
Baca Juga: Indonesia Berduka: Legenda Musik Titiek Puspa Berpulang di Usia 87 Tahun
Sebelum berhadapan langsung dengan Amerika Serikat, Indonesia dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyamakan langkah dan memperkuat posisi tawar.
Dalam diskusi intensif dengan para pelaku usaha, pemerintah memaparkan empat strategi utama yang telah disiapkan.
Strategi pertama, Indonesia akan mengusulkan revitalisasi perjanjian Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang dinilai sudah usang karena telah ditandatangani sejak tahun 1996.
Baca Juga: Hari Ketiga Rapat Pansus LKPJ: Fokus di Komisi 3, Kabag Hukum Turut Hadir
"Karena TIFA sendiri secara bilateral ditandatangani di tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi sehingga kita akan mendorong (revitalisasi) berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA," terang Airlangga.
Kedua, pemerintah menawarkan deregulasi kebijakan Non-Tariff Measures (NTMs), termasuk pelonggaran aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk sektor TIK, serta evaluasi larangan ekspor-impor barang tertentu ke dan dari AS.
Ketiga, Indonesia siap memperbesar volume impor dan investasi dari AS, termasuk melalui potensi pembelian minyak dan gas bumi.