Kursi Dubes Kosong, Indonesia Hadapi 'Perang Dagang' Trump: Bagaimana Nasib Negosiasi?

photo author
- Jumat, 11 April 2025 | 15:50 WIB
Kekosongan tarif respirokal Trump berdampak ke Indonesia. (instagram.com/@realdonaldtrump)
Kekosongan tarif respirokal Trump berdampak ke Indonesia. (instagram.com/@realdonaldtrump)

Sulawesinetwork.com - Langkah Indonesia memilih jalur diplomasi dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal kontroversial dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai sorotan.

Di tengah persiapan matang menuju meja perundingan krusial, publik justru dikejutkan oleh fakta mencolok, posisi Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat hingga saat ini masih lowong.

Terakhir kali kursi prestisius itu diduduki oleh Rosan Roeslani, yang dilantik pada 25 Oktober 2021. Namun, masa baktinya terbilang singkat.

Baca Juga: Dokter Cabul Berfantasi Seks Menyimpang: Tega Perkosa Anak Pasien Saat Ayahnya Kritis di RS!

Pada 17 Juli 2023, Rosan ditarik kembali ke Tanah Air untuk mengemban amanah sebagai Wakil Menteri BUMN.

Tak lama berselang, ia kembali mendapat kepercayaan menduduki jabatan strategis lainnya, yakni Menteri Investasi, dan kini menjabat sebagai CEO Danantara di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Hampir dua tahun berlalu tanpa kehadiran seorang duta besar di Washington D.C.

Baca Juga: Air Mata Inul Iringi Kepergian Eyang Puspa: Sempat Membaik, Lalu Berangsur Menurun

Kekosongan ini sontak menjadi perbincangan hangat, dianggap kurang ideal mengingat betapa gentingnya situasi negosiasi dagang saat ini.

Terlebih, tensi hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS tengah meningkat akibat tarif baru yang diterapkan Gedung Putih terhadap produk-produk unggulan Indonesia.

Menanggapi kekhawatiran publik, Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno berdalih bahwa kekosongan ini merupakan imbas dari proses transisi pemerintahan.

Baca Juga: Terobosan Pendidikan! Guru Sekolah Rakyat Bakal Dikontrak Khusus, Ini Syaratnya!

Kendati demikian, ia meyakinkan bahwa absennya sosok duta besar tak akan menghambat jalannya perundingan penting yang akan segera digelar di Washington.

"Ya kita kan kalau begini (proses negosiasi) udah high level (pertemuan tingkat tinggi) ya," ujar Havas, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/4/2025).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sytha AR

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Asuransi, Pilar Proteksi di Tengah Cuaca Ekstrem

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:35 WIB
X