"Kurator harus memastikan hak pekerja menjadi prioritas utama. Jangan sampai ada celah bagi perusahaan untuk lepas tanggung jawab," tandas Nihayatul.
Anggota Komisi VII DPR RI, Hendry Munief, menambahkan, "Ini bukan sekadar angka. Di balik setiap karyawan, ada keluarga, ada masa depan yang harus diselamatkan."
Ia menyoroti pentingnya program pelatihan ulang (reskilling & upskilling) agar para pekerja yang terdampak dapat segera bangkit dan berkarya kembali.
Lebih dari Sekadar Masalah Ekonomi
Kasus Sritex bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga tragedi kemanusiaan.
Ribuan keluarga terancam kehilangan sumber penghasilan, anak-anak terancam putus sekolah, dan mimpi-mimpi terpaksa dikubur dalam-dalam.
"Pemerintah harus hadir, bukan hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai pelindung bagi para pekerja. Kita tidak boleh membiarkan mereka berjuang sendirian," seru Hendry, mengajak semua pihak untuk bergandeng tangan membantu para korban PHK Sritex.
Pelajaran Berharga bagi Industri Tekstil Nasional
Kejadian ini menjadi tamparan keras bagi industri tekstil nasional.
Baca Juga: Medan Maut Carstensz! Fiersa Besari Ungkap Tebing Curam 600 Meter di Puncak Tertinggi Indonesia!
Serbuan impor dan tantangan global lainnya menuntut adanya evaluasi mendalam terhadap daya saing industri dalam negeri.
"Regulasi yang berpihak pada industri dalam negeri harus menjadi prioritas. Kita harus belajar dari kasus Sritex agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan," pungkas Hendry.
Mari kita kawal bersama agar hak-hak para pekerja Sritex terpenuhi dan industri tekstil nasional kembali bangkit, demi masa depan Indonesia yang lebih gemilang.(*)