“Selama ini juga sudah ada beberapa desa yang punya kemampuan ekspor, harapannya ke depan semuanya,” tambahnya.
Dengan desa yang ikut aktif dalam MBG ini, diharapkan akan mengurangi jumlah desa tertinggal maupun desa sangat tertinggal di 5 tahun mendatang.
“Kita jadikan desa yang berkembang jadi desa maju dan mandiri,” ucapnya.
Wujudkan potensi pangan dari daerah
Baca Juga: Google Salah Tampilkan Kurs Dollar ke Rupiah Jadi Rp8.170, Terungkap Penyebab dan Bahayanya
Sejalan dengan pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional atau BGN, Dadan Hindayana yang menyatakan jika program MBG ini juga menjadi peluang menunjukkan potensi daerah.
Pernyataan Dadan tersebut berbarengan dengan ide menu belalang hingga ulat sagu dalam MBG.
“Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga, belalang, ulat sagu, bisa jadi bagian protein,” kata Dadan saat hadir dalam acara Rapimnas Pira Gerindra pada Sabtu, 25 Januari 2025 di Hotel Bidakara, Jakarta.
“Itu salah satu contoh ya, kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu, bisa jadi menu di situ,” imbuhnya.
Perlu digarisbawahi jika pernyataan Dadan bukan sebagai acuan untuk menu nasional.
“Tapi itu contoh bahwa badan gizi tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” terang Dadan.
Baca Juga: Dinkes Bulukumba Rilis Hasil Investigasi di SD 171 Loka, Berikut Hasilnya: Terdapat Gejala Muntah
Ia mengembalikan menu pada Makan Gratis Bergizi ini sesuai dengan potensi lokal yang dimiliki masing-masing daerah.
“Nah, isi protein di berbagai daerah sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal, jangan diartikan lain, ya,” ujarnya,” ujarnya.