Saat ini, batu bara memegang peranan krusial dalam menyokong 56% pasokan listrik di Asia, dan harganya yang relatif stabil menjadi andalan untuk menekan biaya produksi di tengah gejolak ekonomi global.
Dukungan Trump terhadap konsep "batu bara bersih" melalui deregulasi juga membuka ceruk pasar baru di kancah internasional.
Meskipun negara-negara maju terus berupaya meninggalkan ketergantungan pada batu bara demi energi yang lebih ramah lingkungan, permintaan di kawasan Asia, terutama negara-negara berkembang, diprediksi akan tetap tinggi dalam beberapa tahun mendatang.
Dengan demikian, kebijakan Trump ini tidak hanya berdampak pada pasar domestik AS, tetapi juga menciptakan efek domino yang sangat menguntungkan bagi eksportir utama seperti Indonesia.
Indonesia kini berpeluang besar untuk meraup keuntungan berlipat ganda dari "harta karun" batu bara ini.(*)