Solusi keempat mencakup pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, seperti penurunan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor, dengan tujuan mendongkrak impor dari AS sekaligus menjaga daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
"Terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor, bagaimana dengan impor ekspor kita yang bisa sampai 18 miliar dolar AS diisi dengan produk-produk yang kita impor, termasuk gandum, katun bahkan juga salah satunya adalah produk migas," papar Airlangga, merinci potensi komoditas yang bisa menjadi kartu truf dalam negosiasi.
Meskipun kursi Duta Besar RI untuk AS masih kosong, pemerintah Indonesia menunjukkan tekad bulat untuk menjalankan negosiasi dengan strategi yang matang dan dukungan penuh dari berbagai kementerian.
Pertanyaannya kini, mampukah Indonesia menavigasi 'badai' tarif resiprokal Trump tanpa kehadiran seorang duta besar di garda terdepan diplomasi di Washington D.C.?
Nasib hubungan dagang kedua negara akan sangat bergantung pada kelihaian delegasi Indonesia dalam perundingan mendatang.(*)