Mamdani, yang berdarah India dan lahir di Uganda, kini berada di ambang sejarah untuk menjadi wali kota Muslim pertama di salah satu kota paling demokratis di dunia jika ia memenangkan pemilihan umum pada November 2025 mendatang.
Sosoknya memang bukan tanpa kontroversi, atau lebih tepatnya, tanpa sorotan. Ia adalah figur yang tak gentar melawan status quo.
Sebagai representasi kelompok minoritas, Mamdani lantang menyuarakan kebijakan-kebijakan yang secara terang-terangan bertentangan dengan semangat yang diusung oleh Presiden AS Donald Trump.
Program-program progresifnya, seperti pembekuan sewa bagi banyak warga New York, layanan bus gratis, hingga perawatan anak universal, adalah pukulan langsung terhadap agenda MAGA (Make America Great Again) milik Trump.
Ide-ide ini menunjukkan komitmen Mamdani untuk menciptakan New York yang lebih inklusif dan merata bagi seluruh warganya.
Baca Juga: Nokia Z2 Ultra Meluncur dengan Spesifikasi Monster: RAM 12GB dan Kamera 108MP, Saingi Flagship!
Mamdani tak luput dari cap "komunis" yang kerap disematkan padanya oleh para kritikus. Namun, ia menanggapinya dengan tenang dan penuh keyakinan.
"Saya rasa kita tidak perlu memiliki jutawan," ujarnya, seraya menegaskan keinginannya untuk bekerja bagi siapa pun di New York, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial.
Kemenangan Mamdani adalah sebuah harapan baru bagi banyak warga New York.
Ini adalah bukti bahwa suara rakyat, terutama dari komunitas yang selama ini terpinggirkan, memiliki kekuatan untuk mengubah arah politik. Akankah New York benar-benar memiliki wali kota Muslim pertamanya? Semua mata kini tertuju pada November 2025!(*)