Sulawesinetwork.com - Presiden terpilih Prabowo Subianto menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia mampu menghadapi dan mengendalikan dampak dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang dinilai menimbulkan ketidakpastian ekonomi global.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara sarasehan ekonomi bertajuk "Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Tarif Perdagangan" pada Selasa (8/4), yang dihadiri oleh berbagai tokoh ekonomi, investor, dan pemimpin redaksi media.
"Apa yang terjadi sekarang, goncangan dunia akibat negara ekonominya terkuat membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan peningkatan tarif yang begitu tinggi kepada banyak negara. Ini bisa dikatakan menimbulkan ketidakpastian dunia. Banyak negara yang cemas," ujar Prabowo.
Baca Juga: Liburan Lebaran Berujung Teguran: Lucky Hakim Kaget Ada Aturan Pejabat Tak Boleh ke Luar Negeri
Meski demikian, Prabowo menegaskan, "Ya, kita akan menghadapi tantangan, tapi saya bicara dengan tim saya ternyata situasinya dapat kita hadapi dan bisa kita kendalikan."
Lebih lanjut, Prabowo menekankan pentingnya kemandirian ekonomi bagi Indonesia, sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa.
"Sebenarnya pendiri-pendiri bangsa kita sejak dulu, termasuk saya sejak dulu saya sudah ingatkan mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri," katanya.
Baca Juga: Dasco: Maestro di Balik Layar Pertemuan Prabowo-Megawati yang Semakin Dekat
Dengan nada optimis, Prabowo menyampaikan, "Kalau ada orang yang mau liat gelap-gelap ya monggo. Tapi kalau saya lihat saya optimis, saya bangga."
Optimisme ini didukung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang memaparkan data-data fundamental ekonomi Indonesia yang menunjukkan ketahanan. Berikut rinciannya:
Kinerja Gemilang Ekonomi Indonesia dalam Angka:
Baca Juga: Kader PAN Desak Regenerasi Kepemimpinan, Soroti Kegagalan Ashabul Kahfi
- Pertumbuhan Ekonomi Solid: Ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,03% (year-on-year) pada tahun 2024. Pertumbuhan ini merata di seluruh wilayah Indonesia, dengan Papua Barat (20,8%) dan Maluku Utara (13,7%) mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Sektor Industri Pengolahan menjadi kontributor terbesar dengan 18,98% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
- Inflasi Terkendali: Pada Maret 2025, Indonesia berhasil menjaga tingkat inflasi tetap rendah di angka 1,65% (month-to-month) dan 1,03% (year-on-year).
- Keyakinan Konsumen Tinggi: Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 berada di level optimis, yaitu 126,4, sedikit menurun dari Januari 2025 (127,2) namun tetap di atas ambang batas optimisme (>100).
Baca Juga: Airlangga Soroti Bursa Saham Bergejolak: IHSG Sempat Terkapar, Tapi Kini Bangkit!
- Sektor Manufaktur Ekspansif: Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2025 tercatat 52,4, meskipun sedikit menurun dari Februari (53,6), namun masih menunjukkan fase ekspansi seiring dengan peningkatan output dan permintaan domestik.
- Penjualan Ritel Tumbuh: Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2025 terkontraksi tipis sebesar 0,5% (year-on-year) namun masih tumbuh 0,8% (month-to-month), terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
- Sektor Keuangan Tangguh: Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2024 mencatatkan surplus sebesar USD 7,2 miliar. Pertumbuhan kredit pada Februari 2025 mencapai 10,4%, sejalan dengan rata-rata tahun 2024 sebesar 11,3%. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan menjadi 5,75%.
Baca Juga: Prabowo Geram Soal Koruptor: Kembalikan yang Kau Curi! Negara Pantas Sita Aset!
