Sulawesinetwork.com - Keputusan mengejutkan Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor setinggi 32 persen untuk produk-produk asal Indonesia, efektif mulai Rabu, 3 April 2025, sontak membuat para pelaku industri Tanah Air waswas.
Gelombang dampaknya diprediksi akan menerjang ekspor Indonesia, terutama sektor-sektor andalan seperti otomotif, elektronik, hingga industri padat karya yang menampung jutaan pekerja, yakni tekstil dan pakaian jadi.
Ancaman resesi pun tak terhindarkan.
Baca Juga: Geger di Jagat Maya, Hayao Miyazaki Meradang: Tren AI Ghibli di ChatGPT Dianggap Penghinaan!
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, bahkan memperingatkan bahwa kebijakan tarif baru ini berpotensi menyeret Indonesia ke jurang resesi pada kuartal IV 2025, disertai badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menghantam berbagai sektor.
Namun, di tengah awan gelap ketidakpastian global, secercah harapan muncul dari kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan serangkaian langkah strategis untuk membentengi perekonomian nasional dari gempuran kebijakan proteksionis AS ini.
Baca Juga: Dari Syahadat Hingga Salat Jenazah: Masjid Istiqlal, Saksi Bisu Perjalanan Spiritual Ray Sahetapy
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Noudhy Valdryno, mengungkapkan tiga jurus utama yang telah disiapkan Prabowo untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah gejolak kebijakan global:
1. Gencar Cari Kawan Dagang Baru: Bergabung dengan Kekuatan BRICS
Langkah pertama dan cukup signifikan adalah keberhasilan Prabowo membawa Indonesia menjadi anggota aliansi ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Baca Juga: Kurang dari 24 Jam, Polisi Ringkus Pelaku Utama Pembusuran di Bulukumpa dan Amankan 9 Rekannya
Bergabungnya Indonesia dengan kekuatan ekonomi berkembang ini bukan sekadar simbol, melainkan membuka pintu gerbang peluang ekspor ke pasar-pasar non-tradisional yang selama ini mungkin kurang terjamah.
Berbagai kesepakatan dagang multilateral di bawah payung BRICS diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar AS yang kini semakin protektif.