Selain itu, kesalahan input data juga dapat menjadi penyebab lain. Sistem berbasis data rentan terhadap human error, seperti kesalahan ketik atau kelalaian dalam pembaruan informasi.
Kemungkinan lainnya adalah adanya manipulasi data akibat peretasan.
"Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial," tambah Pratama.
Dampak Luas dari Kesalahan Data Kurs
Ketidaktepatan informasi nilai tukar mata uang di Google berpotensi menimbulkan dampak luas.
Baca Juga: PPDB Berganti SMPB 2025, Kuota Jalur Penerimaan Siswa Baru Berubah
Banyak pihak, termasuk pebisnis, investor, hingga wisatawan, bergantung pada Google untuk mendapatkan data kurs sebelum melakukan transaksi.
Jika informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini bisa mengakibatkan kerugian finansial, baik dalam skala kecil maupun besar.
Oleh karena itu, sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan keakuratan data yang ditampilkan.
Meski Google bukan penyedia data finansial utama, tetap diperlukan mekanisme verifikasi yang ketat untuk menghindari kesalahan serupa di masa mendatang.
Jika hal seperti ini terjadi berulang kali dan tidak segera diperbaiki, Google berisiko dianggap lalai dalam menyajikan informasi akurat kepada publik.
"Dalam era digital saat ini, penyebaran berita palsu atau informasi yang salah dapat menimbulkan ketidakstabilan di berbagai sektor. Oleh karena itu, penting bagi platform digital untuk meningkatkan pengawasan dan akurasi data yang disediakan,” tegas Pratama.(*)