Seorang pekerja tambang kemudian menanggapi bahwa mereka membutuhkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Untuk makan (sehari-hari), Pak," katanya. Dedi pun kembali menjawab dengan mempertimbangkan risiko pekerjaan tersebut.
"Iya, buat makan. Tapi kalau meninggal mau apa? Kan kuli dapatnya berapa pertambangan. Kan saya dulu, sudah nanya satu-satu, Rp100 ribu, Rp150 ribu," ujar Dedi, mengisyaratkan bahwa pendapatan yang didapat tidak sebanding dengan risiko nyawa yang dipertaruhkan.
Situasi ini menyoroti dilema kompleks antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan keselamatan jiwa dalam sektor pertambangan yang seringkali berisiko tinggi.(*)