nasional

Tragedi Keracunan MBG Bogor Jadi Sorotan Nasional, Kepala BGN Benahi Total Pengiriman dan Penyajian Makanan!

Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:00 WIB
BGN ungkap evaluasi skema pengiriman MBG. (Instagram/@badangizinasional.ri)

Sulawesinetwork.com - Kasus keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat, yang berujung pada penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB), langsung menuai respons serius dari tingkat nasional.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, bergerak cepat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem penyajian makanan dalam program yang tengah menjadi perhatian publik ini.

Seperti diketahui, ratusan siswa, tepatnya 223 orang, mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan MBG yang dibagikan pada 6-9 Mei 2025.

Baca Juga: 'Progress X' IFG: Panggung Inspirasi Perempuan Karier, Seimbangkan Sukses Profesional dan Personal!

Pelaksanaan program di bawah tanggung jawab SPPG Bina Insani ini berujung tragis, memaksa Wali Kota Bogor menetapkan status KLB.

Hasil uji laboratorium pun mengungkap fakta mencengangkan, telur ceplok dalam menu MBG terdeteksi mengandung bakteri E. coli, sementara tumis toge dan tahu terindikasi adanya bakteri Salmonella.

Belajar dari insiden pahit ini, Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya akan lebih selektif dalam memilih bahan baku makanan, tetapi juga akan merombak mekanisme waktu penyajian dan pengiriman makanan ke sekolah-sekolah secara signifikan.

Baca Juga: Gebrakan IFG: Lindungi Petani, Amankan Pangan Nasional!

Tujuannya jelas, meminimalkan risiko kontaminasi dan memastikan makanan yang dikonsumsi siswa benar-benar aman dan bergizi.

“Kita akan memendekkan waktu antara penyiapan dan processing termasuk menyiapkan untuk delivery, itu akan kita perpendek,” tegas Dadan saat konferensi pers bersama Ombudsman pada Rabu (14/5/2025), menunjukkan keseriusan BGN dalam menangani masalah ini.

Tak hanya itu, BGN juga mengimbau agar waktu antara pengiriman dan konsumsi makanan di sekolah diperpendek. Dadan menyoroti bahwa keterlambatan konsumsi setelah makanan tiba di sekolah juga menjadi faktor risiko.

Baca Juga: Dihadapan Menteri Kehutanan, Gubernur Andi Sudirman Komitmen Wujudkan Revolusi Hijau di Sulsel

"Ada kejadian delivery tepat waktu, tapi karena ada kegiatan di sekolah makannya agak terlambat, sehingga makanan itu lama disimpan," jelasnya.

Lebih lanjut, BGN mengeluarkan larangan tegas bagi siswa untuk membawa pulang makanan MBG yang diterima di sekolah.

Halaman:

Tags

Terkini

Asuransi, Pilar Proteksi di Tengah Cuaca Ekstrem

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:35 WIB