Sulawesinetwork.com - Gelombang kasus keracunan makanan yang diduga berasal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini menimbulkan keresahan di berbagai daerah.
Puncaknya terjadi di Kota Bogor, di mana ratusan siswa mengalami keracunan massal hingga ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Wali Kota setempat.
Ratusan siswa di Bogor dilaporkan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan MBG yang dibagikan pada 6-9 Mei 2025 dan dikelola oleh SPPG Bina Insani.
Baca Juga: Misteri Pemanggilan Michael Sinaga: Podcaster Heran Jadi Saksi Skandal Ijazah Palsu Jokowi!
Hasil uji laboratorium bahkan mengungkap fakta mencengangkan: telur ceplok terindikasi mengandung bakteri E. coli, sementara tumis toge dan tahu positif mengandung Salmonella.
Menanggapi rentetan kasus keracunan yang mencoreng program unggulan ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana tampil memberikan klarifikasi.
Dalam konferensi pers yang digelar di gedung Ombudsman, Jakarta Selatan, pada Rabu (14/5/2025), Dadan dengan tegas membantah adanya praktik pengiritan dana yang berpotensi menurunkan kualitas makanan MBG.
Baca Juga: Blak-blakan! Aldy Maldini Akui Keuangan 'Gali Lubang Tutup Lubang' Usai Rentetan Kontroversi
"Apakah penyebab keracunan karena ada aspek di mana kualitas makanan diirit segala macam, itu nggak ada," ujar Dadan dengan nada meyakinkan.
Dadan menjelaskan bahwa BGN telah menetapkan harga "at cost" untuk bahan baku dan operasional program MBG.
Mekanisme ini, menurutnya, bertujuan untuk menjaga kualitas makanan tanpa terpengaruh fluktuasi harga pasar.
Baca Juga: Update Kontroversi Nikita Mirzani vs Reza Gladys, Kejati Ungkap Masih Periksa soal Tuduhan Pemerasan
"Kami menetapkan at cost untuk bahan baku dan operasional karena kami menjaga kualitas makanan, jadi harga itu baik naik maupun turun, tidak boleh mempengaruhi kualitas makanan," tegas Dadan.
"Nggak ada gunanya mengirit dari bahan baku karena yang kita tetapkan adalah at cost," imbuhnya.