Di satu sisi, ia menggambarkannya sebagai kebijakan permanen, namun di sisi lain, ia mengklaim sedang menekan para pemimpin negara lain untuk duduk di meja perundingan.
"Kami memiliki banyak negara yang ingin membuat kesepakatan," ujar Trump di Gedung Putih pada Selasa (8/4/2025), seolah memberikan secercah harapan akan adanya perubahan di masa depan.
Baca Juga: Terungkap! Pertemuan Prabowo-Megawati Bukan 'Kucing-kucingan', Dasco Ungkap Fakta Sebenarnya
Dalam acara terpisah, ia juga menyatakan harapannya agar China bersedia menempuh jalur negosiasi.
Saat ini, AS telah menjadwalkan pembicaraan dengan sekutu dekat dan mitra dagang utamanya, Korea Selatan dan Jepang.
Selain itu, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga dijadwalkan bertandang ke AS pada pekan depan, yang kemungkinan besar akan membahas isu perdagangan yang kini memanas ini.
Baca Juga: Viral Liburan ke Jepang Tanpa Izin Gubernur, Bupati Lucky Hakim Akui Salah Hitung Hari Kerja
Dunia kini menahan napas, menanti perkembangan lebih lanjut dari kebijakan tarif kontroversial Donald Trump ini.
Apakah langkah agresif ini akan benar-benar memaksa negara-negara lain untuk bernegosiasi sesuai keinginan AS, atau justru memicu perang dagang yang lebih dahsyat dan membawa konsekuensi ekonomi global yang mengerikan? Waktu akan menjawab.(*)