Sulawesinetwork.com - Langkah mengejutkan diambil Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mempercepat pengumuman kebijakan tarif impor baru bagi para mitra dagang AS.
Dalam pidato yang disiarkan langsung dari Gedung Putih pada Rabu petang (2/4/2025) waktu Washington, Trump dengan nada tegas menyebut momen tersebut sebagai "Hari Pembebasan."
Namun, "pembebasan" ala Trump ini justru membawa kabar kurang sedap bagi Indonesia.
Baca Juga: Geger di Jagat Maya, Hayao Miyazaki Meradang: Tren AI Ghibli di ChatGPT Dianggap Penghinaan!
Negeri Garuda termasuk dalam daftar negara yang terkena imbas kebijakan tarif timbal balik, dengan besaran mencapai 32 persen.
Angka ini hanya selisih tipis dari tarif yang dikenakan pada raksasa ekonomi China (34 persen).
"Dalam banyak kasus, terutama dalam hal perdagangan, kawan lebih buruk daripada lawan," cetus Trump pada Kamis (3/4/2025), seolah menyiratkan kekecewaannya terhadap relasi dagang AS selama ini.
Ia menambahkan, "Kita mensubsidi banyak negara dan membuat mereka berbisnis dan maju.
Mengapa kita melakukan ini? Maksud saya, kapan kita bisa mengatakan kalian harus bekerja untuk diri sendiri… Kita akhirnya mengutamakan Amerika.”
Trump bahkan menyatakan bahwa defisit perdagangan AS dengan negara-negara lain bukan lagi sekadar isu ekonomi, melainkan telah mencapai status "darurat nasional."
Baca Juga: Dari Syahadat Hingga Salat Jenazah: Masjid Istiqlal, Saksi Bisu Perjalanan Spiritual Ray Sahetapy
Dengan tarif impor setinggi itu, Indonesia jelas menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan pangsa pasarnya di AS.
Padahal, data dari Kementerian Perdagangan RI menunjukkan betapa krusialnya AS sebagai mitra dagang, menyumbang surplus perdagangan nonmigas sebesar 16,08 miliar dolar AS pada tahun 2024.