Solusi: Transparansi di Media Sosial
Sebagai bentuk transparansi, seluruh SPPG diminta untuk mengunggah hasil masakan mereka setiap hari ke media sosial, seperti Instagram dan Facebook.
"Ini bagian dari pengawasan bersama. Masyarakat bisa melihat sendiri apa yang dimasak di hari itu," jelasnya.
Meski begitu, laporan dari penerima manfaat tetap menjadi prioritas utama dalam menilai kualitas makanan.
"Kalau soal rasa, penerima manfaatlah yang paling tahu. Biasanya akan ada laporan langsung jika ada masalah," tambahnya.
Sempat beredar keluhan soal ayam mentah yang diterima penerima manfaat. Dadan menjelaskan bahwa hal ini terjadi akibat kurangnya kecepatan dalam proses memasak.
Baca Juga: Siap-Siap 'Salam Tempel' Lebaran, BI Buka Penukaran Uang Baru! Cek Jadwal dan Caranya
"Kami evaluasi, ternyata masaknya terlalu lambat. Itu hanya soal pembiasaan, sekarang sudah diperbaiki," tegasnya.
Ia memastikan bahwa bahan baku dan kualitas makanan akan terus diperiksa secara berkala setiap bulan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Dadan tetap optimistis bahwa program MBG akan berjalan lebih baik ke depannya. Dengan perbaikan sistem, pengawasan ketat, dan transparansi yang ditingkatkan, diharapkan program ini benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Baca Juga: Ramadhan Aman dan Nyaman, Ratusan Polisi Kawal Bulukumba!
Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, implementasinya tidak semudah yang dibayangkan. Dari masalah skala produksi, makanan basi, hingga tantangan anggaran, semua butuh waktu dan pembiasaan.
Pemerintah terus melakukan evaluasi dan perbaikan agar program ini bisa berjalan lebih efektif. Dengan transparansi melalui media sosial dan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan, diharapkan MBG benar-benar bisa menjadi solusi bagi kebutuhan gizi di Indonesia. (*)