Sulawesinetwork.com - Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia kembali mencuat ke publik setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Keduanya baru saja melakukan percakapan telepon membahas situasi perang di Ukraina, namun hasilnya dinilai tidak membawa perubahan berarti.
Meski bukan kali pertama mereka berbicara, ini adalah percakapan yang pertama kali diumumkan secara terbuka kepada publik. Dalam pembicaraan tersebut, Trump dan Putin membahas sejumlah isu penting, termasuk konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.
Baca Juga: Polres Bulukumba Bergerak Cepat, Selamatkan Warga Terdampak Banjir dengan Semangat Gotong Royong
Reaksi keduanya setelah panggilan telepon tersebut menjadi sorotan. Trump mengungkapkan rasa frustrasinya, sementara Putin tetap pada pendiriannya untuk mempertahankan tujuan Rusia di Ukraina.
Putin menyampaikan pesan tegas kepada Trump bahwa Moskow tidak akan mundur dari misinya. Hal ini disampaikan oleh ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, kepada para wartawan seusai panggilan telepon tersebut.
Putin: Rusia Tak Akan Menyerah dan Siap Negosiasi
Baca Juga: Performa Gaming Maksimal: Menguji Ketangguhan Nokia X700 5G dalam Berbagai Game Berat
Ushakov menyatakan Putin secara tegas mengklaim pihaknya akan terus berusaha menghapus akar permasalahan yang menyebabkan konflik saat ini dengan Ukraina.
"Presiden kami mengatakan bahwa Rusia akan mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu penghapusan akar penyebab yang menyebabkan keadaan saat ini," kata Ushakov sebagaimana dilansir dari laman resmi Pemerintahan Rusia pada Minggu, 6 Juli 2025.
Ushakov menambahkan, "Rusia tidak akan menyerah pada tujuan ini." Meski demikian, Putin menyatakan kesiapan untuk melanjutkan proses negosiasi.
Baca Juga: Nokia X700 5G: Kamera Gahar, Baterai Tahan Lama, dan Konektivitas Super Cepat!
"Ia juga berbicara tentang kesiapan pihak Rusia untuk melanjutkan proses negosiasi," terangnya.
Lebih lanjut, Ushakov mengatakan Putin menyampaikan niat untuk terus mencari solusi politik atas konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun itu.