ragam

Mengenal Pahlawan Perempuan Indonesia, Ada yang Diabadikan Sebagai Nama Jalan Hingga Wartawati Pertama

Rabu, 10 Januari 2024 | 12:55 WIB
Pahlawan Perempuan Pejuang Kemerdekaan (dok.net)

6. Cut Meutia

Cut Nyak Meutia, perempuan Aceh kelahiran Perlak, tahun 1870 adalah panglima Aceh yang memimpin perjuangan melawan Belanda, bersama suaminya, Teuku Cik Tunong, menyerang patroli-patroli Belanda di pedalaman Aceh.

Setelah suaminya meninggal karena tertembak serdadu Belanda, Cut Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, kawan akrab Cik Tunong, dan melanjutkan perjuangan. Namun, pada 26 September 1910, Pang Nangru gugur dalam pertempuran di Paya Ciciem.

Cut Meutia berhasil meloloskan diri dan diserahi tugas untuk memimpin pasukan yang berkekuatan hanya 45 orang dengan 13 pucuk senjata.

Bersama dengan anaknya Raja Sabil yang berumur sebelas tahun, Cut Meutia melanjutkan perjuangan. Namun, suatu hari ia terkepung dan meninggal dunia pada tahun 1910.

Jasa Cut Meutia dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda akhirnya diapresiasi oleh pemerintah Indonesia. Pada 1964, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui SK Presiden Nomor 107/1964, 1964.

7. Raden Adjeng Kartini

Raden Adjeng Kartini merupakan pahlawan perempuan asal Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang tokoh perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan bagi kaum wanita pada awal abad ke-20.

Jasanya mendirikan Sekolah Kartini yang sekarang sudah tersebar di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan kota-kota lainnya.

Kartini terkenal berkat surat-suratnya yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).

Berkat jasa-jasanya di bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan pada era kolonial, RA Kartini dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, 2 Mei 1964.

8. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien termasuk pahlawan wanita yang ikut berperang bersama masyarakat Aceh, tanah kelahirannya.

Pada 1873, ketika Perang Aceh pecah, suami Cut Nyak Dien, Teuku Ibrahim Lamnga, gugur di medan pertempuran dan sejak saat itu ia melanjutkan perjuangan suaminya.

Ia terus bergerilya bersama pejuang Nusantara lainnya hingga usianya menginjak 50 tahun. Pahlawan wanita nasional asal Aceh ini diberi gelar pahlawan oleh pemerintah Indonesia melalui SK Presiden Nomor 108 Tahun 1964, 2 Mei 1964.

Halaman:

Tags

Terkini