Asia Ramli Hadirkan Pertunjukan Seni 'Jejak Waktu Dalam Sarung' di Tiga Lokasi Ikonik pada Makassar Biennale VI 2025

photo author
- Jumat, 21 November 2025 | 13:36 WIB
Asia Ramli mempersembahkan karya Performance Art bertajuk "Jejak Waktu Dalam Sarung".
Asia Ramli mempersembahkan karya Performance Art bertajuk "Jejak Waktu Dalam Sarung".

Sulawesinetwork.com - Gelaran seni rupa internasional dua tahunan, Makassar Biennale VI 2025, kembali menyuguhkan agenda spesial bagi penikmat seni di Kota Makassar.

Pada hari Sabtu, 22 November 2025, seniman Asia Ramli akan mempersembahkan karya Performance Art bertajuk "Jejak Waktu Dalam Sarung".

Baca Juga: Mattirowalie FC Juara Rantau Cup I Barru: Wabup Abustan Tutup Turnamen, Soroti Potensi Atlet Lokal

Pertunjukan ini merupakan bagian integral dari rangkaian acara Makassar Biennale VI yang tahun ini mengusung tema besar "REVIVAL". Karya ini akan dipentaskan secara maraton dengan konsep moveable performance di tiga lokasi berbeda dalam satu hari:

  • Nipah Park – Pukul 10.00 WITA
  • Pantai Losari – Pukul 15.00 WITA
  • Balla DKSS Partam – Pukul 19.00 WITA

Filosofi Sarung sebagai "Mesin Waktu" yang Aktif

Baca Juga: Nova Arianto Resmi Ditunjuk Jadi Pelatih Timnas U-20 Indonesia, Ini Rekam Jejaknya di Kelompok Usia

Direktur Makassar Biennale, Irfan Palippui, menjelaskan bahwa pertunjukan ini menawarkan perspektif yang lebih dalam dari sekadar pameran budaya. Menurutnya, "Jejak Waktu Dalam Sarung" adalah sebuah intervensi artistik yang menggeser pemahaman kita atas sarung.

"Dalam tradisi Bugis-Makassar, sarung bukan sekadar kain atau simbol, melainkan sebuah teks atau rangkaian multi-dimensi. Ia adalah pakaian, rumah, alat kerja, sekaligus kosmologi," ujar Irfan.

Baca Juga: Barru Terapkan Pidana Kerja Sosial: Bupati A. Ina Karika dan Kajari Teken MoU Disaksikan Jampidum Kejagung

Lebih lanjut, Irfan memaparkan konsep yang diusung Asia Ramli ini bersifat merimpang. Sarung tidak hanya diletakkan sebagai representasi masa lalu, tetapi sebagai konektor yang membuat pengalaman hidup dan warisan leluhur hadir serta aktif di masa kini—sebuah proses becoming-ancestor (menjadi leluhur) yang berlangsung saat ini juga.

"Dengan membawanya ke ruang publik seperti Nipah Park dan Pantai Losari, Asia Ramli melakukan 'deteritorialisasi'—mencabut sarung dari wilayah domestik ritualnya—dan menanamnya kembali di ruang sosial kontemporer. Ini mengubah pertanyaan dari 'Apa makna sarung?' menjadi 'Apa yang bisa dilakukan sarung?' dalam menciptakan koneksi ruang dan waktu baru," tambah Irfan.

Baca Juga: MoU Bersama Kejati Sulsel, Gubernur Andi Sudirman Dukung Penerapan Pidana Kerja Sosial dalam KUHP 2023

Dalam penampilannya, Asia Ramli akan didukung oleh kolaborator seniman lainnya, yaitu Jumaris, Angga, Lala, Yhugi Prama Saptra, Ariel, Ainun Chandra, Jaya dan

Andi Taslim. Pertunjukan ini mengundang publik untuk melihat bagaimana tubuh dan sarung berinteraksi membentuk "ruang" baru di tengah hiruk-pikuk kota.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muh Akbar Syam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X