Sulawesinetwork.com - Kapolres Bulukumba AKBP Andi Erma Suryono dan Ketua Bhayangkari Cabang Bulukumba Eli Andi Erma disambut tradisi Pedang Pora.
Keduanya disambut Pedang Pora saat memasuki Makopolres Bulukumba saat resmi menjabat dan mengawali tugas di Polres Bulukumba.
Penyambutan tradisi Pedang Pora merupakan tradisi yang kerap dilakukan dalam menyambut tamu kebesaran atau pemimpin baru dalam setiap tempat penugasan.
Lalu bagaimana sebenarnya sejarah Pedang Pora yang saat ini kerap digunakan dan dijadikan istilah dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam lingkup militer.
Pedang Pora merupakan sebutan yang diberikan pada pasukan infantri atau infanteri Angkatan Darat Indonesia yang berjuang dalam Perang Kemerdekaan Indonesia atau yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi.
Pasukan ini dibentuk pada awal tahun 1946 dengan tujuan melawan penjajah Belanda yang masih berusaha untuk menguasai Indonesia.
Baca Juga: Dicekoki Miras oleh Temannya, Gadis 13 Tahun di Gorotalo Jadi Korban Pemerkosaan
Asal mula nama Pedang Pora berasal dari senjata tajam seperti pedang atau bayonet yang biasa digunakan oleh pasukan ini.
Selain itu, pasukan Pedang Pora dianggap sebagai pasukan yang cepat dan tanggap dalam bertempur, dan kemampuan ini diibaratkan seperti pedang yang bisa bergerak cepat atau berjalan.
Pasukan Pedang Pora terlibat dalam berbagai pertempuran penting saat itu, di antaranya adalah Pertempuran Lengkong, Pertempuran Rengasdengklok, dan Pertempuran Ambarawa.
Beberapa tokoh nasional yang terkenal saat ini, seperti Jenderal Sudirman dan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, pernah menjadi anggota pasukan Pedang Pora.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1949, pasukan Pedang Pora kemudian beralih tugas menjadi pasukan keamanan dan dilibatkan dalam berbagai operasi penumpasan pemberontakan dan pelanggaran keamanan lain di seluruh Indonesia.