Tanpa ragu, ia meminta para dirjen dan Dirut PLN untuk menemuinya setelah rapat.
"Ini nggak tahu dirjen saya yang nggak benar atau dirut PLN-nya yang nggak benar? Kalian habis ini ketemu sama saya ya, kurang ajar kalian ini," sembur Bahlil, dengan nada yang jelas menunjukkan kemarahannya.
"Masih mau jadi dirjen kau? Ini direksi PLN kelihatannya baru juga, jadi materinya baru, padahal Dirutnya cuma 1, nggak berubah-ubah," tambahnya, semakin menyudutkan.
Meski demikian, Bahlil berusaha menenangkan diri dan melanjutkan pemaparannya, mengakui bahwa mungkin data yang disampaikan jajarannya adalah yang terbaru, sementara dirinya yang belum mendapatkan laporan.
Ia kemudian menyinggung arahan Presiden Prabowo yang menginginkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk desa-desa yang belum terjangkau jaringan listrik.
Baca Juga: Koperasi Merah Putih Jeneponto Siap Bertransformasi, Bupati Paris Yasir Tekankan Kemandirian Ekonomi
"Pak Presiden meminta kepada kami untuk menghitung agar desa-desa yang belum ada listriknya kita pakai PLTS," jelasnya.
"Dan desa-desa yang belum ada jaringannya, itu tidak perlu menarik jaringan dari ibu kota kabupaten atau kecamatan. Tapi, kalau dia mempergunakan PLTS, jaringan lokal saja yang kita pakai," pungkas Bahlil, memberikan solusi alternatif untuk pemerataan listrik di pedesaan.
Teguran keras ini menjadi sorotan, menunjukkan betapa seriusnya pemerintah dalam memastikan pemerataan akses listrik di seluruh pelosok negeri.
Akankah insiden ini memacu percepatan data yang akurat dan implementasi program listrik desa yang lebih efektif? Hanya waktu yang bisa menjawab.(*)