Penting untuk dicatat bahwa Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) sebelumnya menjelaskan bahwa penguatan konsumsi domestik melalui program MBG, yang menargetkan 82 juta penerima manfaat hingga akhir 2025.
Juga merupakan salah satu pilar strategi untuk memperkuat ekonomi dalam negeri secara keseluruhan, termasuk dalam menghadapi dinamika perdagangan internasional.
Namun, Jusuf Kalla melihat program ini murni sebagai kebijakan yang berdimensi domestik dan tidak secara langsung menjadi solusi untuk mengatasi kebijakan tarif dari negara lain.
Dengan perbedaan pandangan ini, diskusi mengenai strategi terbaik untuk menghadapi tantangan ekonomi global, khususnya terkait kebijakan tarif dari negara-negara besar seperti AS, dipastikan akan terus bergulir.
Sementara program MBG tetap menjadi fokus pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui perbaikan gizi, Jusuf Kalla mengingatkan bahwa solusi untuk mengatasi dampak tarif impor harus lebih terarah pada sektor-sektor industri yang terdampak langsung.
Perdebatan ini menunjukkan betapa kompleksnya tantangan ekonomi global dan perlunya strategi yang komprehensif dan tepat sasaran untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. (*)