Namun, di balik kegigihannya dalam evakuasi, Agam menyimpan penyesalan yang mendalam.
Ia mengaku sangat bersalah karena tidak bisa langsung berada di Rinjani saat insiden itu terjadi. Saat kejadian, Agam sedang berada di Jakarta.
Baca Juga: Empat Tahun Promedia Teknologi Indonesia: Bukan Sekadar Media, tapi Rumah bagi Keluarga Digital
"Menyesal saya ada di Jakarta waktu itu. Padahal sudah ada firasat. Tapi saya tetap main di Jakarta sama teman-teman," ucap Agam, menunjukkan rasa kepedulian yang besar terhadap sesama pendaki.
Kisah Agam Rinjani ini menjadi pengingat betapa bahayanya medan pegunungan yang ekstrem dan pentingnya kesigapan tim penyelamat dalam menghadapi situasi darurat.
Tragedi Juliana Marins juga menegaskan kembali pentingnya kehati-hatian dan persiapan matang bagi setiap pendaki.(*)