Kemudian, untuk melengkapi keempat struktur Siri’ itu maka Pacce atau Pesse menempati satu tempat, sehingga menyusun suatu kebiasaan (karakter) yang dikenal dengan sebutan Siri’ Na Pacce.
Siri’ji nanimmantang attalasa’ ri linoa, punna tenamo siri’nu matemako kaniakkangngami angga’na olo-oloka.
Baca Juga: Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Tmur. Siapakah Sosok Ini?
Artinya, hanya karena rasa malu kita bisa hidup di dunia ini jika rasa malu itu sudah hilang maka lebih baik mati karena engkau tak bearati lagi sama sekali bahkan binatang lebih berharga dibanding dirimu.
Siri' juga memiliki tiga konsep dasar makna yaitu rasa malu, rasa untuk membinasakan siapa saja yang mencederai kehormatan, dan rasa untuk bekerja dan berusaha sebanyak mungkin.
Selain itu, siri dimaksudkan sebagai norma adat bagi masyarakat Bugis-Makassar agar tidak melakukan tindakan persekusi yang dilarang oleh kaidah adat.
Sementara pacce memiliki makna semangat rela berkorban, bekerja keras dan pantang mundur serta perasaan hati yang menimbulkan dorongan solidaritas bagi sesama manusia.
Falsafah ini dipegang teguh oleh masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya etnis Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
Nilai Siri’ na Pacce mengajarkan masyarakat Bugis-Makassar tentang moralitas kesusilaan berupa ajaran, larangan, hak dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk menjaga serta mempertahankan kehormatannya.
Nilai-nilai dalam falsafah tersebut senantiasa dipertahankan dan kerap kali diungkapkan oleh masyarakat Bugis sebagai pengingat akan jati diri seseorang.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, siri' na pacce dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat Bugis untuk menumbuhkan sikap positif dan membuat hidup lebih berguna serta bermakna.(*)