Menanggapi berbagai masalah ini, para seniman dan pengurus yayasan sepakat untuk mengambil langkah konkret. Rencana yang disepakati meliputi:
- Pengembalian Kepengurusan Yayasan: Para pengurus lama akan segera mengambil alih kembali Yayasan Makassar Biennale untuk memastikan acara berjalan sesuai dengan visi awal.
- Audit dan Pertanggungjawaban Dana: Dana publik yang telah digunakan akan diaudit untuk menuntut pertanggungjawaban yang transparan.
- Biennale Tandingan: Sebagai bentuk protes dan upaya mengembalikan marwah seni rupa Makassar, seniman berencana menggelar Biennale alternatif pada akhir 2025. Acara tandingan ini akan mengusung tema "In Between Line" atau "Ruang Antara".
Baca Juga: Megawati Rangkap Jabatan Sekjen, Ini Struktur PDIP Terbaru
Rimba, salah satu inisiator diskusi, menegaskan bahwa gerakan ini adalah upaya kolektif untuk menyelamatkan warisan seni rupa Makassar.
"Kami ingin Biennale kembali menjadi milik seniman, bukan alat kepentingan segelintir orang," katanya. Faisal Syarif juga menambahkan, "Ini soal etika dan akuntabilitas. Seniman tidak boleh diam ketika hak dan ruangnya direbut". (*)