Perpecahan bukan terjadi karena kekalahan perang eksternal, tapi karena krisis kepercayaan internal, retorika kebencian dari para pemimpin, dan konflik etnis yang meledak menjadi perang sipil.
Dunia hanya menonton dan berunding, sementara negara ini hancur berkeping-keping.
Baca Juga: Ray Dalio Bantah Tegas Mundur dari Danantara, Komitmen Penasihat Prabowo Tetap Kuat!
3. Tibet: Sunyi dalam Kendali
Tibet pernah menjadi negara berdaulat, namun kini hanya dikenal sebagai "daerah otonomi" di bawah kendali ketat Tiongkok.
Dunia internasional tahu, tapi memilih diam. Kasus Tibet mencerminkan bahwa ada hierarki dalam penderitaan geopolitik, dan tidak semua penaklukan mendapat respons yang sama dari dunia.
4. Cekoslowakia: Perpisahan Tanpa Peluru
Baca Juga: Vidi Aldiano Digugat Rp24,5 Miliar oleh Keenan Nasution: Polemik Royalti 'Nuansa Bening' Memanas!
Tidak semua perpecahan berakhir tragis. Cekoslowakia menunjukkan bahwa dua bangsa bisa berpisah secara damai melalui "Velvet Divorce" tahun 1993.
Meski tanpa darah dan peluru, tetap ada narasi kehilangan yang tak banyak dibicarakan.
Di balik perjanjian diplomatik, selalu ada rakyat yang merasa tercerabut dari sejarah bersama.
Baca Juga: Puasa Arafah 5 Juni 2025: Raih Keutamaan Luar Biasa di Hari Penuh Maghfirah!
5. Prusia, Republik Venesia, dan Kerajaan Hawaii: Hilang oleh Agenda Sejarah
Beberapa negara lenyap bukan karena lemah, tapi karena sejarah punya agenda sendiri.
Prusia dibubarkan pasca Perang Dunia II. Republik Venesia takluk oleh Napoleon.