Anak-anak hingga orang tua ikut serta dalam proses merangkai, sehingga pengetahuan ini terus diwariskan lintas generasi.
Bunga Male juga menghadirkan nuansa meriah, penuh warna, sekaligus sakral. Saat maulid digelar, masyarakat berbondong-bondong menyaksikan parade Bunga Male yang dipamerkan di masjid atau balai desa.
Menjaga Ruh Maulid
Tradisi ini membuktikan bahwa keindahan dan religiusitas bisa berjalan beriringan. Bunga Male bukan sekadar hiasan, melainkan media untuk menjaga ruh Maulid Nabi: menghadirkan cinta kepada Rasulullah, menyemai syukur, serta memperkuat tali silaturahmi antarwarga.
Ke depan, tantangan generasi muda adalah memastikan tradisi Bunga Male tetap lestari di tengah derasnya budaya modern, tanpa menghilangkan makna spiritualnya. (*)