Sulawesinetwork.com – China kini resmi menyandang status sebagai penagih utang terbesar di dunia, menyusul berakhirnya masa tenggang atas miliaran dolar pinjaman yang dikucurkan ke negara-negara berkembang melalui program ambisius Belt and Road Initiative (BRI).
Menurut laporan Statistik Utang Internasional Bank Dunia 2024, China menyumbang sekitar US$ 441,8 miliar atau setara 5% dari total US$ 8,8 triliun utang luar negeri publik negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah hingga akhir 2023.
Laporan dari Lowy Institute mencatat bahwa pada 2024, sebanyak 84 negara berutang kepada China, dengan Pakistan menempati posisi puncak daftar debitur terbesar dengan nilai US$ 22,6 miliar.
Baca Juga: Alarm Kebakaran Hebohkan Hotel di Arab Saudi: Ulah Jemaah Haji Indonesia Merokok Picu Kepanikan
Disusul Argentina sebesar US$ 21,2 miliar, dan Angola sebesar US$ 17,9 miliar.
Indonesia sendiri masuk dalam daftar tersebut di urutan ke-35, dengan total utang sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun.
Negara dengan Utang Terbesar ke China (dalam Miliar Dolar AS):
Baca Juga: Charly Van Houten Pecah Kebuntuan Royalti: Nyanyikan Saja Laguku, Gratis!
- Pakistan: 22,6
- Argentina: 21,2
- Angola: 17,9
- Sri Lanka: 8,7
- Eritrea: 8,0
- Bangladesh: 6,7
- Ethiopia: 6,6
- Mesir: 6,4
- Iran: 6,1
- Laos: 6,1
Baca Juga: Sambutan Merah Putih di Negeri Sakura: Gemuruh Suporter Hangatkan Kedatangan Timnas Indonesia
Yang paling terdampak secara proporsional adalah Djibouti, di mana hampir 45% dari total utang luar negerinya sebesar US$ 3,4 miliar berasal dari China.
Sejak digulirkannya BRI satu dekade terakhir, Beijing mengucurkan pendanaan besar untuk infrastruktur di berbagai negara berkembang.
Namun, strategi ini mulai kehilangan tenaga karena banyak negara kesulitan membayar kembali utang tersebut.
Baca Juga: Polres Bulukumba Gencarkan Patroli Malam, Sasar Titik Rawan Demi Kamtibmas Kondusif
Para pengamat menilai hal ini membuka peluang bagi negara-negara Barat untuk merebut kembali pengaruhnya yang sempat digeser oleh dominasi ekonomi China.