Ketika ditanya mengenai penghasilannya, sang ibu menjawab dengan lesu, "Cuma Rp20 ribu, paling gede Rp30 ribu."
Sebuah angka yang menunjukkan betapa tipisnya garis hidup mereka, di tengah himpitan ekonomi yang mencekik.
Baca Juga: Sentilan Cak Imin Panas: HMI Balik Badan, Sebut Pernyataan 'Ahistoris dan Menyesatkan'!
Dengan penghasilan serendah itu, pilihan untuk mengonsumsi sisa makanan dari tempat sampah menjadi gambaran nyata dari kemiskinan ekstrem yang mereka hadapi.
Melihat langsung kondisi yang memilukan ini, Dedi Mulyadi berjanji akan segera bertindak.
Ia menyatakan komitmennya untuk melakukan penataan dan perbaikan pemukiman kumuh di kawasan TPA Sarimukti.
Baca Juga: Sentilan Cak Imin Panas: HMI Balik Badan, Sebut Pernyataan 'Ahistoris dan Menyesatkan'!
"Rumah-rumah di sini kumuh. Nanti dalam waktu tidak terlalu lama semuanya akan saya rapikan, bereskan, dan nanti rumah-rumah kumuhnya akan ditata," tegasnya.
Selama proses penataan, Dedi juga menyebutkan bahwa warga akan dibantu untuk mencari kontrakan di sekitar area tersebut, memberikan sedikit kelegaan di tengah ketidakpastian.
Kunjungan ini tak hanya mengundang keprihatinan publik yang luas, tetapi juga kembali menyoroti urgensi penanganan masalah kemiskinan ekstrem, khususnya di daerah-daerah yang kerap luput dari perhatian, seperti di sekitar Tempat Pembuangan Akhir.
Insiden di Sarimukti ini menjadi pengingat pedih bahwa masih banyak warga yang berjuang keras hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, bahkan dengan cara yang membahayakan kesehatan mereka.(*)
