Naila berhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu dan menyebabkan jari-jari Naila terputus.
Usman syhid karena sabetan perang pemberontak, airmata Nailah tumpah ruah saat memangku jenazah sang suami.
Ketika ada musuh dengan penuh kebencian menempari wajah Usman yang sudah wafat itu, Nayla lalu berdoa “semoga Allah menjadikan tanganmu kering membutakan matamu dan tidak ada ampunan atas dosa-dosa,”.
Dikisahkan dalam sejarah Islam bahwa si penampar itu keluar rumah Utsman dalam keadaan tangannya menjadi kering dan matanya menjadi buta.
Sesudah Usman wafat Naila berkabung selama empat bulan sepuluh hari ia tidak berdandan dan berhias.
Naila juga tidak meninggalkan rumah Utsman kerumah ayahnya, Nailah memandang kesetiaan terhadap suaminya sepeninggalnya lebih berpengaruh dan lebih besar dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya, ibunya dan juga kerabatnya.
Ia selalu mendahulukan keutamaanya mengingat kebaikannya di setiap tempat dan kesempatan.
ketika Utsman terbunuh ia mengatakan, “sungguh kalian telah membunuhnya padahal ia telah menghidupkan malam dengan Al-Quran dalam rangkaian rakaat.***