Sulawesinetwork.com - Imam Al-Ghazali menganggap penting mendidik anak karena anak merupakan amanah dari Allah SWT bagi orang tuanya selain tanggungjawab urusan nafkah.
Imam Al-Ghazali memandang jiwa anak-anak seperti kertas kosong tanpa coretan dan garis apapun yang siap untuk ditulis apapun yang tercermin dalam jiwanya.
Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali menilai urgensi cara orang tua dan lingkungan sekitar yang akan menulis dan membentuk jiwa anak.
اعلم أن الطريق في رياضة الصبيان من أهم الأمور وأوكدها والصبيان أمانة عند والديه وقلبه الطاهر جوهرة نفيسة ساذجة خالية عن كل نقش وصورة وهو قابل لكل ما نقش ومائل إلى كل ما يمال به إليه
Artinya, “Ketahuilah cara mendidik anak termasuk masalah yang paling penting dan paling urgen. Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hati mereka suci, mutiara berharga, bersih dari segala ‘ukiran’ dan rupa. Hati anak-anak menerima setiap ‘ukiran’ dan cenderung pada ajaran yang diberikan kepada mereka,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz III, halaman 77).
Imam Al-Ghazali menyarankan dua model pendekatan dalam mendidik anak. Orang tua disarankan untuk membiasakan atau memberikan contoh perbuatan baik dalam keseharian anak.
Baca Juga: Is Pusakata Sindir Musisi Cover Terima Fee Rp50 Juta: Jadilah orang yang punya integritas
Imam Al-Ghazali juga menyarankan orang tua untuk mengajar kebaikan kepada anaknya. Sehingga dianjurkan untuk menerapkan dua model pendekatan.
Pertama, pembiasaan kebaikan dalam hidup keseharian akan membekas dalam jiwa anak.
Kedua, penanaman nilai-nilai kebaikan juga tidak kalah pentingnya untuk memberikan standar kebaikan dalam jiwa anak.
Baca Juga: Beasiswa Santri 2023 Mulai Dibuka! Begini Persyaratan dan Jadwal Pendaftarannya
Imam Al-Ghazali mengatakan, orang tua memikul tanggung pendidikan karakter dan pengasuhan anak. Orang tua akan menuai pahala ketika mendidik anaknya dengan baik.
Sebaliknya, orang tua akan memikul dosa yang begitu besar ketika membiarkan begitu saja pertumbuhan anaknya.