Sulawesinetwork.com – Di tengah dinamika sosial yang terus bergerak, Kabupaten Bulukumba kembali menunjukkan komitmennya dalam memupuk persatuan dan toleransi.
Hari ini, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bulukumba, Alkhaisar Jainar Ikrar, S.H., M.Si, hadir dalam kegiatan Sarasehan Moderasi Beragama pada Masyarakat yang digelar di Gedung PLHUT Kementerian Agama Kabupaten Bulukumba.
Acara ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan sebuah forum penting untuk memperkuat ikatan kebersamaan dalam keberagaman.
Kehadiran Alkhaisar Jainar Ikrar dalam sarasehan ini menegaskan dukungan penuh legislatif terhadap upaya-upaya menjaga kerukunan di tengah masyarakat Bulukumba.
Tak hanya itu, acara ini juga diramaikan oleh deretan tokoh penting yang menunjukkan sinergi antarlembaga.
Terlihat hadir Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bulukumba, perwakilan Kementerian Agama Kabupaten Bulukumba, Pimpinan Baznas Kabupaten Bulukumba, Ketua MUI Kabupaten Bulukumba, Ketua FKUB Kabupaten Bulukumba, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Kehadiran mereka bersama-sama mencerminkan tekad kolektif untuk menjadikan Bulukumba sebagai contoh daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Dalam sesi arahannya, Dr. H. Saprillah, M.Si, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, memberikan pandangan yang mendalam tentang esensi kegiatan ini.
Beliau menjelaskan bahwa sarasehan ini adalah bagian tak terpisahkan dari sosialisasi untuk merefleksikan kekayaan keberagaman di Bulukumba.
Baca Juga: Perjuangan Tak Kenal Lelah Atalarik Syach: Hadapi Sengketa Tanah, Tegaskan Tak Akan Menyerah!
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan praktik moderasi beragama di masyarakat, menjaga hubungan emosional dalam kehidupan beragama, serta memperkuat hubungan intelektual dan jalinan silaturahmi antarpemeluk agama," papar Dr. Saprillah, menyoroti dimensi-dimensi penting dari moderasi beragama yang harus terus dipupuk.
Beliau juga secara tegas menekankan urgensi untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama, tanpa sedikitpun membeda-bedakan suku, budaya, apalagi keyakinan.
