Sulawesinetwork.com - Dunia musik Indonesia kembali diwarnai sorotan tajam.
Kali ini, perhatian tertuju pada Vibrasi Suara Indonesia (VISI), asosiasi yang digadang-gadang akan menjadi wadah bagi para penyanyi Tanah Air.
Namun, satu nama besar justru absen dari daftar anggota: Anji Manji.
Musisi yang dikenal dengan lagu-lagu hitsnya ini akhirnya buka suara.
Baca Juga: 5 Tablet Kerja Terbaik 3 Jutaan 2025 untuk Produktivitas Maksimal
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Anji mengungkapkan bahwa ia tidak diajak bergabung dengan VISI, meskipun selama ini lebih dikenal sebagai penyanyi daripada pencipta lagu.
Pernyataan ini tentu saja menimbulkan tanda tanya besar di kalangan penggemar dan pelaku industri musik.
Empat Alasan Spekulatif Anji
Baca Juga: Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Operasi Pasar di Palembang, Ramadan Tenang
Dengan gaya khasnya yang lugas, Anji membeberkan beberapa kemungkinan alasan mengapa ia tidak dilibatkan dalam VISI:
- Kendala Komunikasi: "Mungkin para penggagas VISI tidak memiliki nomor saya atau tidak tahu akun media sosial saya," tulis Anji. Namun, ia sendiri meragukan alasan ini karena koneksi yang luas di industri musik.
- Sudah Berada di AKSI: Anji telah bergabung dengan Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI), yang mungkin dianggap sebagai alasan untuk tidak mengajaknya ke VISI.
- Perbedaan Visi Soal Royalti: Ini menjadi poin krusial. VISI mendukung sistem kolektivitas royalti, sementara Anji yang tergabung dalam AKSI lebih condong pada sistem Direct Licensing. "Perbedaan visi ini masuk akal," tegasnya.
- Kurang Terkenal?: Dengan nada sedikit menyindir, Anji menyebut kemungkinan bahwa dirinya dianggap kurang terkenal dibandingkan penyanyi lain yang bergabung dengan VISI. "Definisi terkenal itu bisa macam-macam," ujarnya, menyoroti subjektivitas ukuran popularitas.
Baca Juga: Nokia N75 Max 5G: Dibekali Chipset Snapdragon 8 Gen 3 dan Koneksi Kuat dan Inovatif!
Sorotan pada Sistem Royalti
Perbedaan pandangan soal sistem royalti menjadi sorotan utama.
VISI memperjuangkan pengumpulan royalti pertunjukan publik secara kolektif, sementara AKSI, tempat Anji bernaung, mendorong sistem Direct Licensing.