Sulawesinetwork.com - Profesi dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) atau dokter kandungan seringkali diasosiasikan dengan sosok perempuan.
Bagaimana tidak, lingkup kerjanya bersinggungan erat dengan kesehatan reproduksi wanita, mulai dari siklus menstruasi, kehamilan yang penuh keajaiban, proses persalinan yang mendebarkan, hingga fase menopause yang penuh perubahan.
Namun, sebuah fakta mengejutkan justru terungkap di balik tirai praktik medis ini.
Baca Juga: Innalillahi Wainna Ilaihi Raji'un, Pengacara Kondang Hotma Sitompul Berpulang!
Data dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menunjukkan sebuah ketimpangan yang cukup signifikan.
Dari total sekitar 5.270 dokter obgyn yang terdaftar sebagai anggota, mayoritasnya, yakni sekitar 3.460 orang, adalah kaum adam.
Sementara itu, jumlah dokter obgyn perempuan hanya menyentuh angka 1.810.
Baca Juga: Samsung Galaxy Tab A9 vs Nokia T21: Pertarungan Layar, Performa dan Sistem Operasi
Fenomena ini ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan menjadi tren global yang menimbulkan pertanyaan besar, mengapa profesi yang begitu intim dengan tubuh dan kesehatan wanita justru lebih banyak diisi oleh laki-laki?
Salah satu jawaban menarik datang dari pengalaman dr. Anita Mitra, seorang ginekolog asal Inggris.
Ia menyoroti aspek teknis yang seringkali luput dari perhatian, yaitu desain alat medis.
Baca Juga: Merugi Nyaris Semiliar, Mitra Dapur MBG Kalibata Tempuh Jalur Hukum Usai Dana Pembayaran Raib
Dalam tulisannya di Huffington Post, dr. Mitra mengungkapkan bahwa banyak instrumen bedah di bidang kandungan dan ginekologi dirancang dengan ukuran gagang yang lebih sesuai untuk anatomi tangan laki-laki.
"Banyak instrumen bedah dalam praktik kandungan dan ginekologi memiliki ukuran gagang yang besar, yang lebih cocok digunakan oleh tangan laki-laki," ujarnya.