Angin Monsun Asia bertiup dari barat ke timur, mengalir dari Benua Asia bertekanan tinggi ke Benua Australia yang memiliki tekanan lebih rendah.
“Karena itulah, meskipun Imlek sendiri tidak memengaruhi cuaca, potensi hujan di Indonesia saat perayaan ini cukup tinggi, mengingat periode tersebut memang bertepatan dengan musim hujan," tambahnya.
Baca Juga: Momen Pecah Tawa Prabowo dan Anwar Ibrahim, Gara-gara Pajangan Mobil F1
Pernyataan ini juga diperkuat oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, yang menjelaskan bahwa sistem penanggalan Imlek menggunakan kalender lunar-solar, yaitu kombinasi antara kalender Matahari dan Bulan.
Hal ini menyebabkan perayaan Imlek selalu berlangsung di bulan Januari-Februari, yang bertepatan dengan musim hujan di Indonesia.
Hujan Saat Imlek: Kearifan Lokal di Indonesia
Menariknya, hujan saat Tahun Baru Imlek kemungkinan besar hanya terjadi di Indonesia.
Beberapa tokoh Tionghoa menyatakan bahwa di negara lain, seperti China dan sebagian besar wilayah Eropa, perayaan Imlek berlangsung saat musim dingin, di mana yang turun bukan hujan, melainkan salju.
Oleh sebab itu, keyakinan bahwa hujan di hari Imlek adalah pertanda keberkahan bisa dikatakan sebagai bentuk kearifan lokal yang berkembang di Indonesia.
Bagi masyarakat Tionghoa di Tanah Air, hujan bukanlah rintangan dalam perayaan Imlek, melainkan sesuatu yang membawa makna positif.
Semakin deras hujan yang turun, semakin besar keberuntungan yang diyakini akan datang.
Fenomena ini dianggap sebagai tanda awal yang baik untuk memulai tahun yang baru, dengan harapan akan mendatangkan rezeki, kesuksesan, dan kebahagiaan bagi mereka yang merayakannya.