Mengapa Sering Turun Hujan Saat Imlek? Ini Filosofi dan Maknanya

photo author
- Rabu, 29 Januari 2025 | 19:17 WIB
FILOSOFI turun hujan saat perayaan Imlek. freepik (ist)
FILOSOFI turun hujan saat perayaan Imlek. freepik (ist)

Mengutip The Daily, mitologi Tiongkok menganggap naga sebagai makhluk Ilahi yang berhubungan dengan air dan hujan.

Naga dipercaya memiliki kekuatan untuk mengendalikan hujan dan sering dipanggil dalam ritual untuk mendatangkan air, terutama saat musim kemarau.

Baca Juga: Manfaat KIP Kuliah 2025, Biaya Pendidikan hingga Bantuan Biaya Hidup

Hubungan erat antara naga dan hujan semakin memperkuat kepercayaan bahwa hujan saat Imlek adalah pertanda baik.

Hujan juga dianggap sebagai bentuk berkah dari kekuatan surgawi bagi bumi.

Di berbagai komunitas, interpretasi makna hujan saat Imlek bisa beragam, tetapi secara umum, fenomena ini dipandang sebagai simbol kemakmuran, pembaruan, serta awal yang baik untuk tahun yang baru.

Baca Juga: Jadi Final Series, Squid Game 3 Bakal Tayang 2025: Penutup Penuh Emosi dan Kemungkinan Spin-Off

Dalam tradisi Tionghoa, hujan juga melambangkan penyucian—mencuci segala hal buruk dari masa lalu dan membawa kesegaran untuk memulai lembaran baru.

Air dalam budaya Tionghoa diasosiasikan dengan kehidupan, kesuburan, dan kelimpahan.

Oleh karena itu, hujan yang turun saat Imlek diyakini sebagai pertanda datangnya rezeki dan kesejahteraan.

Baca Juga: Geliat Ketum PSSI Erick Thohir Mampir ke Belanda, Pertemuan dengan KNVB untuk Ujicoba

Perspektif Ilmiah tentang Hujan Saat Imlek

Meski secara budaya dianggap sebagai simbol keberuntungan, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menegaskan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara hujan dan perayaan Tahun Baru Imlek.

"Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia berada dalam puncak musim hujan, yang biasanya ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi," jelas Ida kepada media.

Ia menerangkan bahwa hujan di periode Januari-Februari disebabkan oleh angin Monsun Asia yang membawa udara lembap dari Benua Asia dan Samudera Pasifik ke Indonesia melalui angin baratan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sytha AR

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X