nasional

Ekonom CELIOS Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Q2 2025 Penuh Kejanggalan

Rabu, 6 Agustus 2025 | 09:30 WIB
Ilustrasi Ekonom CELIOS ragukan kenaikan ekonomi Indonesia.

Sulawesinetwork.com - Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menyatakan ketidakpercayaannya terhadap data pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen pada kuartal II (Q2) 2025 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurutnya, data tersebut tidak mencerminkan kondisi riil perekonomian nasional dan penuh dengan kejanggalan.

"Pengumuman pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 penuh kejanggalan dan tanda tanya publik. Saya tidak percaya dengan data yang disampaikan (BPS) mewakili kondisi ekonomi yang sebenarnya," kata Nailul.

Baca Juga: Danantara Indonesia Perkuat Kolaborasi Geothermal Pertamina-PLN untuk Akselerasi Transisi dan Ketahanan Energi Nasional

Nailul Huda menyoroti tiga kejanggalan utama dalam laporan BPS tersebut:

  1. Pertumbuhan Q2 Lebih Tinggi dari Q1: Secara historis, pertumbuhan ekonomi tertinggi selalu terjadi pada kuartal yang bertepatan dengan momen Ramadan dan Idul Fitri karena didorong oleh konsumsi rumah tangga. Namun, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Q2 (5,12%) lebih tinggi dibandingkan Q1 (4,87%), yang dianggap sangat janggal.
  2. Anomali Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga: Pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RT) di Q2 lebih besar daripada Q1, padahal tidak ada faktor pendorong signifikan seperti Hari Raya Idul Fitri. Angka pertumbuhan konsumsi RT Q2 sebesar 4,96% dinilai tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Q1 yang hanya 4,87%, padahal pertumbuhan konsumsi di Q1 (4,89%) hampir sama.
  3. Ketidaksesuaian dengan Indikator Lain: Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang mencapai 5,68% dianggap tidak sejalan dengan indikator lain, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang melemah di bawah 50 poin pada April hingga Juni 2025.

Baca Juga: 3 Bos PT Padi Indonesia Maju Jadi Tersangka Kasus Beras Oplosan

Selain itu, kondisi ini juga kontras dengan peningkatan jumlah PHK yang mencapai 32% dan melemahnya indeks keyakinan konsumen (IKK).

Karena kejanggalan-kejanggalan ini, Nailul Huda meragukan akurasi data BPS. Ia mendesak BPS untuk memberikan penjelasan rinci mengenai metodologi dan indikator yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi tersebut.(*)

Tags

Terkini

Asuransi, Pilar Proteksi di Tengah Cuaca Ekstrem

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:35 WIB