"Menyudutkan HMI sebagai organisasi yang 'tidak tumbuh dari bawah' adalah bentuk ketidakpahaman atas sejarah dan kontribusi besar HMI terhadap bangsa dan negara," tegas Arief.
Ia menegaskan bahwa HMI menghormati PMII sebagai saudara seperjuangan dalam gerakan mahasiswa Islam Indonesia.
Namun, Arief mengkritik keras jika perbedaan pendekatan dijadikan alasan untuk saling merendahkan.
"Persaingan dalam sejarah gerakan mahasiswa adalah untuk memperkaya gagasan, bukan membenturkan identitas," tandasnya.
Arief Rosyid juga menyayangkan pernyataan Cak Imin yang dinilai kurang arif dan inklusif, mengingat Cak Imin pernah menikmati dukungan dari berbagai elemen umat Islam, termasuk kader dan alumni HMI.
Baca Juga: Bonus Atlet PON 2024 Tak Kunjung Cair, Menpora Dito Tegaskan: Itu Tanggung Jawab Daerah!
"Pernyataan seperti itu tidak mendidik publik, apalagi generasi muda, yang seharusnya diajak bersatu menghadapi tantangan bangsa," ucapnya.
Mengakhiri pernyataannya, Arief Rosyid Hasan mengajak seluruh elemen bangsa untuk menempatkan sejarah gerakan mahasiswa secara adil dan proporsional.
Ia menyerukan agar kekayaan sejarah organisasi tidak dijadikan alat untuk saling menjatuhkan.
"Baik HMI, PMII, PMKRI, GMNI, GMKI, KAMMI, dan lainnya—semua telah berkontribusi besar dalam membangun Indonesia," tutup Arief, sembari mengucapkan salam khas gerakan mahasiswa: "Salam Pergerakan, Yakin Usaha Sampai!"(*)
