Ketika Keadilan Terasa Jauh: Jeritan Warga Miskin di Tengah Belitan Ekonomi Tak Adil

photo author
- Jumat, 13 Juni 2025 | 07:00 WIB
Presiden RI, Prabowo Subianto. (Instagram.com/@prabowo)
Presiden RI, Prabowo Subianto. (Instagram.com/@prabowo)

Sulawesinetwork.com - Sebuah bayangan kelam masih menyelimuti cita-cita besar Indonesia untuk bebas dari kemiskinan pada tahun 2045.

Di balik optimisme mencapai usia satu abad, terkuak sebuah dilema pahit: bagaimana warga miskin bisa meraih keadilan hukum di tengah praktik ekonomi yang seringkali tak berpihak?

Ini bukan sekadar persoalan statistik, melainkan jeritan hati jutaan rakyat kecil di penjuru Tanah Air.

Baca Juga: DPRD Bulukumba Gelar RDP Pembongkaran Bangunan di Tahura Bonto Bahari: Mencari Solusi Terbaik untuk Lingkungan dan Masyarakat

Benteng Terakhir Keadilan: Sebuah Harapan yang Bergetar

Presiden RI, Prabowo Subianto, tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. Dengan nada bergetar, ia mengungkapkan bahwa akses terhadap keadilan hukum adalah tantangan berat bagi sebagian besar warga miskin.

Di hadapan para calon hakim Mahkamah Agung (MA) pada Kamis, 12 Juni 2025, Prabowo menitipkan sebuah pesan mendalam.

Baca Juga: Gasak Belasan Tabung Gas dan CCTV, Tiga Remaja Termasuk Pelaku di Bawah Umur Diciduk Polisi Bulukumba

"Anda (hakim) adalah benteng terakhir keadilan. Orang miskin, orang kecil hanya bisa berharap kepada hakim-hakim yang adil," ujarnya, sorot matanya tajam.

Prabowo menekankan bahwa hakim di Indonesia haruslah sosok yang kuat dan tak bisa dibeli. Ia membandingkan bagaimana orang berduit bisa dengan mudah menyewa tim hukum terbaik, sementara rakyat kecil hanya bisa menggantungkan nasibnya pada integritas seorang hakim.

"Orang yang kuat, orang yang punya uang banyak, dia bisa berbuat, dia bisa punya tim hukum yang luar biasa," tutur Prabowo.

Baca Juga: Hujan Deras Guyur Bulukumba, Pohon Tumbang Timpa Jalanan Sekitar Lapangan Pemuda

"Tapi, orang kecil hanya tergantung sama hakim yang adil, hakim yang tidak bisa disogok, hakim yang tidak bisa dibeli, hakim yang cinta keadilan, hakim yang cinta rakyat."

Pernyataan ini bukan hanya sekadar seruan, melainkan pengakuan bahwa sistem hukum kita masih rentan terhadap intervensi kekayaan. Bagi warga miskin, keadilan seringkali terasa seperti kemewahan yang tak terjangkau.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hendrawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Asuransi, Pilar Proteksi di Tengah Cuaca Ekstrem

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:35 WIB
X