info-sulawesi

Pakaian Hitam di Hari Jadi Bulukumba ke-64 Tahun, Identitas Budaya Suku Kajang yang Terus Dijaga

Kamis, 1 Februari 2024 | 10:08 WIB
Suku adat Kajang (Website Jadesta Kemenparekraf)

Warna hitam yang dianggap sakral oleh suku Kajang, juga sebagai tanda kesamaan derajat bagi manusia di hadapan Tuhan.

Baca Juga: Isu Becak Listrik Prabowo (CakPro) Ditarik Kembali adalah HOAX dan Fitnah

Kesamaan tersebut diantaranya, seperti kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan.

Serta menjaga kelestarian hutan yang harus dijaga keaslian dan kelestariannya, karena hutan merupakan sumber kehidupan manusia.

Dilansir dari jurnal UIN Alauddin Makassar, dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Suku Kajang memakai pakaian hitam dan tidak menggunakan alas kaki.

Baca Juga: Survei Point Indonesia: Gerindra Geser Dominasi PDIP, Raih 22,3%

Begitupun pengunjung dari luar Kajang, diwajibkan menggunakan pakaian berwarna hitam.

Suku Kajang memiliki beberapa pakaian adat mulai dari atas kepala sampai bawah. Di antaranya, sarung hitam (tope le'leng), pengikat kepala bagi laki-laki (passapu).

Serta pakaian berwarna hitam bagi perempuan (baju poko) dan bagi laki-laki (baju tutu) dan celana pendek di atas lutut berwarna putih bagi laki-laki (pacaka).

Baca Juga: Ingat! Besok Seluruh Pegawai Berpakaian Hitam dan Lakukan Ini Untuk Sambut Hari Jadi Bulukumba ke-64

Berikut penjelasan singkat pakaian suku adat Kajang:

1. Sarung hitam (tope le'leng)

Tope le'leng adalah sarung hitam yang digunakan oleh masyarakat kajang. Sarung tersebut ditenun dan dijahit langsung oleh orang Kajang.

Tope le'leng digunakan layaknya memakai sarung pada umumnya. Bisa dipakai laki-laki dan perempuan.

2. Pengikat kepala bagi laki-laki (passapu)

Halaman:

Tags

Terkini