Ilmu parakang bisa diperoleh melalui dua cara yakni diwariskan secara turun temurun atau disesatkan oleh guru.
Ilmu ajian parakang bisa dikenali ketika terdapat kata "Labolong" dalam lontara mantranya.
Menurut kepercayaan masyarkat Bugis, Ilmu Parakang wajib menumbalkan empat perempuan, dua perempuan sudah melahirkan dan dua lagi gadis perawan.
Hal itu dilakukan untuk mencapai kesempurnaan riitual.
Baca Juga: Ini Putusan Bawaslu Sulsel Soal Dugaan Penggelembungan Suara Oleh KPU Bulukumba dan Bone
Empat wanita yang dijadikan tumbl harus selaras dengan empat unsur alam yaitu air, tanah, api dan air.
Semua ditulis dalam kode aksara lontara.
Orang yang dihisap oleh parakang akan kejang-kejang dan lubang duburnya akan bengkak dan membesar.
Syarat selanjutnya, penganut ilmu parakang wajib menghisap rektrum.
Jika tidak ada rektrum manusia yang bisa di hisap, maka parakang akan menghisap rektrum kerbau.
Dalam perjanjiannya, orang yang menjadi parakang ketika sakaratul mau harus memindahkan ilmunya ke istri, suami atau anak-anaknya.
Jika tidak, tubuhnya akan terasa terbakar dan sangat menderita.
Nanti ketika ilmu itu berpindah, baru dia bisa berhenti kesakitan.
Nah, ketik sakaratul maut, parakang biasa berkata "Lemba...lemba...lembaa..." sambil menahan rasa sakit sampai ada salah satu keluarganya yang berkata "lemba" meski lewat dalam hati.
Saat itulah parakang bisa menghembuskan napas terakhirnya dan penerus parakang yang baru lahir dari anggota keluarga yan tadinya berkata "lemba".