64 Tahun Bulukumba, Daerah yang Erat Kaitannya dengan Dua Kerajaan Besar di Sulawesi Selatan, Begini Kilas Sejarahnya

photo author
- Kamis, 1 Februari 2024 | 13:07 WIB
Gambaran suasana Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan  (YouTube.com/DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan)
Gambaran suasana Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (YouTube.com/DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan)

Bulukumba resmi menjadi kabupaten sejak diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi.

Baca Juga: Pakaian Hitam di Hari Jadi Bulukumba ke-64 Tahun, Identitas Budaya Suku Kajang yang Terus Dijaga

UU RI Nomor 29 tahun 1959 itu ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978 tentang Lambang Daerah.

Pada 28 Maret 1994 digelarlah seminar dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba 4 Februari 1960.

Penetapan itu didasari dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Hari Jadi Kabupaten Bulukumba.

Baca Juga: Prabowo Sebut Makan Siang Gratis Siswa akan Berdayakan Petani: Tak Ada Lagi yang Mengeluh Tak Dibeli

Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba.

Penetapan itu dilakukan oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960. Selanjutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

Kabupaten Bulukumba memiliki slogan yang menggambarkan sikap batin masyarakat Bulukumba dalam mengembang amanat persatuan yakni “Mali’ siparappe, Tallang sipahua”.

Baca Juga: Waspada! Pengedar Uang Palsu Diamankan Polisi, Sebagian Uang Telah Dibelanjakan dan Sudah Kerap Beraksi

Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis Makassar dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spritual,dunia dan akhirat.

Paradigma kesejarahan, kebudayaan, dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan bermasyarakat

Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan “Bulukumba Berlayar” yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996.

Baca Juga: Isu Becak Listrik Prabowo (CakPro) Ditarik Kembali adalah HOAX dan Fitnah

Konsepsi “Berlayar” sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muh Akbar Syam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X