Keputusan keluarga untuk melaksanakan salat jenazah di Istiqlal bukan hanya sebuah tradisi, melainkan sebuah simbol yang sarat makna.
Ini adalah penghormatan terakhir bagi perjalanan spiritual Ray, sebuah lingkaran yang sempurna, dimulai dan diakhiri di rumah Allah yang megah itu.
Baca Juga: Kurang dari 24 Jam Polisi Berhasil Ungkap Kasus Pembusuran di Bulukumpa, 10 Orang Diamankan
Masjid Istiqlal, lebih dari sekadar bangunan ibadah, adalah monumen kemerdekaan dan persatuan Indonesia.
Namanya sendiri, "Istiqlal" yang berarti "kemerdekaan" dalam bahasa Arab, mencerminkan semangat bangsa.
Bagi Ray Sahetapy, masjid ini memiliki makna personal yang mendalam, menjadi penanda babak baru dalam kehidupannya.
Baca Juga: Nokia N75 Max: Smartphone Idaman dengan Kamera 200MP dan Performa Kelas Atas!
Setelah menjadi mualaf, Ray Sahetapy dikenal sebagai seorang muslim yang taat namun tetap menjunjung tinggi toleransi.
Ia mampu menjaga hubungan baik dengan berbagai kalangan, tanpa memandang perbedaan keyakinan.
Dalam berbagai kesempatan, ia tak jarang berbagi tentang pentingnya iman dalam membentuk karakter dan menjalani kehidupan.
Baca Juga: Lebaran Sudah Usai Tapi THR Pekerja Belum Kunjung Dibayar
Keinginan keluarga untuk menyalatkan jenazah Ray di Istiqlal adalah wujud penghormatan atas nilai-nilai yang diyakininya dan perjalanan spiritual yang telah ditempuhnya.
Masjid yang menjadi saksi bisu pengucapan syahadatnya kini menjadi tempat disalatkannya jenazahnya, sebelum akhirnya dikebumikan di TPU Tanah Kusir.
Meskipun demikian, sesuai dengan wasiat almarhum, jenazahnya akan dipindahkan ke Palu, Sulawesi Tengah, untuk beristirahat di sisi keluarga dalam satu atau dua tahun mendatang.