viral

Awalnya Bukan 17 Agustus 1945 Menurut Sejarah, Proklamasi Kemerdekaan RI Direncanakan di Tanggal Ini

Senin, 18 Agustus 2025 | 10:45 WIB
Potret sejarah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Presiden ke-1 RI, Soekarno pada 17 Agustus 1945. (X.com/BoudewijnSteur)

Sulawesinetwork.com - Setiap tahun, rakyat Indonesia merayakan 17 Agustus dengan penuh suka cita. Tanggal ini dikenang sebagai hari lahirnya bangsa yang merdeka.

Kendati demikian, belum banyak warga RI yang tahu sebenarnya tanggal proklamasi sempat bukan ditetapkan pada 17 Agustus 1945 silam.

Dalam catatan sejarah yang dituliskan Aboe Bakar Lubis dalam bukunya bertajuk "Kilas-Balik Revolusi: Kenangan, Pelaku, dan Saksi (1992)", kemerdekaan RI sempat direncanakan jatuh pada 24 Agustus 1945.

Baca Juga: HUT ke-80 RI di Lapas Bulukumba: 272 WBP Dapat Remisi Umum, Warga Binaan Langsung Panen Hasil Pertanian

Rencana itu muncul setelah pertemuan penting antara tokoh bangsa dan pihak Jepang di Vietnam.

Tanggal 12 Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat dipanggil ke Dalat, Vietnam. Mereka bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima Militer Jepang di Asia Tenggara. Di sana, sebuah kabar besar diungkapkan.

Terauchi menyampaikan, Jepang sudah berada di ambang kekalahan setelah hancurnya Hiroshima dan Nagasaki akibat bom atom Amerika Serikat. Kondisi itu membuat Jepang berjanji memberi kesempatan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Baca Juga: Gubernur Sulsel Ikuti Apel Kehormatan Renungan Suci di TMP Panaikang Bersama Forkopimda

“Kapanpun bangsa Indonesia siap, kemerdekaan boleh dinyatakan,” kata Terauchi dalam pertemuan tersebut.

Ia bahkan menyarankan agar proklamasi dilakukan pada 24 Agustus 1945, dengan persiapan lanjutan dimulai sehari setelahnya.

Lalu, Soekarno dan rombongan sepakat dengan tawaran itu. Menurut catatan Aboe Bakar Lubis, kabar gembira ini segera disebarkan setibanya mereka di Tanah Air.

Baca Juga: Menggelegar di Lapangan Pemuda, Ketua DPRD Bulukumba Umy Asyiatun Khadijah Membaca Teks Proklamasi dengan Penuh Khidmat

"Namun, situasi berubah cepat. Pada 14 Agustus 1945, Jepang resmi menyerah kepada Sekutu. Kabar tersebut memicu perpecahan di kalangan pergerakan nasional antara golongan tua dan golongan muda," tulis Aboe Bakar Lubis dalam bukunya.

Golongan muda, diwakili tokoh seperti Sutan Syahrir, Wikana, dan Chairul Saleh, mendesak agar proklamasi segera dilakukan tanpa menunggu arahan Jepang. Mereka khawatir kemerdekaan Indonesia hanya menjadi bagian dari strategi politik Jepang.

Halaman:

Tags

Terkini