ragam

Makassar Biennale 2025 Hadir melalui "REVIVAL": Kebangkitan Seni dari Simposium Internasional hingga Intervensi Ruang Publik

Minggu, 16 November 2025 | 19:20 WIB
Makassar Biennale 2025 Hadir melalui "REVIVAL"

Sulawesinetwork.com - Peristiwa seni internasional (dua tahunan) Makassar Biennale 2025 kembali digelar dengan mengusung tema besar "REVIVAL". Berlangsung selama dua minggu, mulai 17 hingga 30 November 2025. 

Semua peristiwa yang dibangun pada kegiatan ini terhubung dengan gagasan kebangkitan seni (awakening art as dissensus) sebagai kekuatan transformatif melalui serangkaian simposium internasional, intervensi ruang publik, lokakarya, dan bincang seni.

Irfan Palippui, selaku Direktur Makassar Biennale, menjelaskan landasan filosofis di balik tema ini. Menurutnya, acara ini mempertanyakan kembali arti penting seni dan warisan budaya bagi warga kota.

Baca Juga: Gubernur Sulsel Luncurkan Mandiri Benih Padi Andalan: 5 Juta kg untuk Petani Sulsel Secara Gratis

"Apa arti seni bagi warga Makassar? Apa arti glorifikasi temuan arkeologis atau puisi liris La Galigo kalau tidak terkonfigurasi dalam semua aspek kehidupan? Seni adalah produk pikiran, cara berpikir yang menjelaskan cara kita menjadi manusia," ujar Irfan.

"Oleh karena itu, Makassar Biennale 2025 dihelat. Kita bilang ini 'REVIVAL', karena kita tahu konsekuensi kemanusiaan itu adakalanya jatuh, lalu bangkit harus menjadi jalan keluarnya."

Irfan menambahkan, tema ini diusung sebagai momentum untuk membangkitkan kesadaran kolektif terhadap berbagai aspek yang kerap terabaikan. "Revival dimaknai sebagai kebangkitan atau awakening dari segala aspek yang selama ini tidak terlihat, tidak didengarkan, terpinggirkan, dan tidak menjadi bagian dari suatu bagian," tegasnya.

Baca Juga: Mukernas dan HUT ke-49 KKSS, Gubernur Sulsel: KKSS Jadi Wadah Pemersatu

Secara konkret, Irfan berharap Makassar Biennale 2025 dapat menjadi peristiwa yang menghubungkan kembali warisan intelektual dan artistik masa lalu Sulawesi Selatan dengan tantangan-tantangan masa kini.

"Kita memiliki karya seni gua purba (Cave Paintings)tertua di dunia. Usianya sekira 51.200 tahun yang terletak di Leang Karampuang. Juga, temuan peradaban di Soppeng, dan karya liris terpanjang di dunia, La Galigo. Semua itu dianggap sebagai temuan peradaban tertua, yang memungkinkan kita bilang bahwa peradaban itu dimulai dari sini (Out of Nusantara). Pendahulu kita itu cerdas, kreatif! Saat ini, kita tinggal di tempat yang pernah mereka huni. Merekalah (untuk tidak mengatakan) yang melahirkan peradaban awal mula di dunia ini," tegas Irfan.

"Kecerdasan itulah yang harusnya menubuh dalam laku kita di semua aspek. Harapannya, melalui kreativitas seni (dan kesadaran menempatkannnya sebagai arsip dan produk pikiran), kita menemukan cara untuk mengatasi banyak hal, termasuk isu-isu ketidaksetaraan kontemporer yang dihadapi warga kota saat ini."

Baca Juga: Bukti Keberpihakan untuk Petani, Pemprov Sulsel Siap Luncurkan 5000 Ton Program Mandiri Benih Secara Gratis

Memperkuat visi kritis ini, salah satu Kurator Makassar Biennale "REVIVAL" 2025, Andi Faisal Paskori (yang juga merupakan Ketua Program Studi Sastra Prancis, UNHAS), menambahkan bahwa perhelatan ini mengambil posisi politik yang jelas.

“Makassar Biennale 2025 adalah Interupsi atas Segala bentuk penetapan Tatanan sosial politik masyarakat yang tidak saja ‘membagi bagian’ namun juga ‘mendistribusikan bagian’ mana yang berhak disebut bagian dan bukan bagian. Makassar Biennale adalah Politik dan Praksis Kesetaraan melalui jalan rezim estetika seni untuk tujuan Emansipasi dan Subjektivasi bagi semua.”

Halaman:

Tags

Terkini