Prajurit bersumpah untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum mengalahkan musuh yang dihadapi.
Angngaru’ dilakukan bertujuan untuk menambah semangat juang, dengan nilai yang terkandung di dalamnya dimaknai sebagai bentuk jadi diri seorang laki-laki yang sesungguhnya.
Untuk menyatakan eksistensinya sebagai sebagai ksatria, maka prajurit yang telah berikrar, pantang baginya menyerah.
Sebagai bagian tradisi yang mengandung pesan moral, termasuk didalamnya pesan spritiual, tidak semua orang bisa membawakan Angngaru.
Orang yang angngaru hanya bisa di hitung jari akan keberadaannya di setiap kelompok masyarakat di Sulawesi selatan.
Di era milenial saat ini, sudah jarang dijumpai dan ditampilkan oleh generasi muda budaya Angngaru. Belum lagi kondisi sanggar seni budaya yang ada, sudah mulai sepi peminat untuk mengembangkan budaya yang menggunakan senjata khas Badik ini.
Sudah merupakan tanggungjawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya, karena budaya tersebut merupakan identitas dan jati diri dan warisan nenek moyang kita yang tak ternilai. Mari kita jaga dan lestarikan.(*)