Jam Kiamat Menunjukkan 89 Detik Lebih Dekat dengan Kehancuran, Beberapa Pertanda Ini Dianggap Masuk Akal

photo author
- Kamis, 30 Januari 2025 | 11:07 WIB
Ilustrasi jam kiamat yang menunjukkan dunia lebih dekat dengan kehancuran
Ilustrasi jam kiamat yang menunjukkan dunia lebih dekat dengan kehancuran

Selain itu, Rusia juga menolak untuk melanjutkan negosiasi perjanjian baru dengan Amerika Serikat yang akan menggantikan New Strategic Arms Reduction Treaty (New START), yang akan berakhir pada 2026. Moskow malah meminta agar perjanjian semacam itu diperluas untuk mencakup negara-negara lain.

Ketegangan di Timur Tengah dan Asia

Ketegangan di Timur Tengah dan Asia juga semakin memprihatinkan.

Baca Juga: Manfaat KIP Kuliah 2025, Biaya Pendidikan hingga Bantuan Biaya Hidup

Perang antara Israel dan Hamas di Gaza serta ketegangan yang melibatkan Iran dan negara-negara lain di kawasan tersebut berpotensi memicu eskalasi yang lebih besar.

"Kami memantau dengan cermat dan berharap gencatan senjata di Gaza akan bertahan. Namun, ketegangan di Timur Tengah, termasuk dengan Iran, masih sangat berbahaya dan tidak stabil," kata Holz.

Di Asia, China semakin meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan, mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur di sekitar pulau yang diklaim sebagai wilayahnya.

Baca Juga: Jadi Final Series, Squid Game 3 Bakal Tayang 2025: Penutup Penuh Emosi dan Kemungkinan Spin-Off

Sementara itu, Korea Utara terus melakukan uji coba rudal balistik yang dapat membawa hulu ledak nuklir, menambah ketegangan di kawasan tersebut.

"Ada banyak titik panas potensial di dunia, termasuk Taiwan dan Korea Utara. Jika salah satu konflik ini meletus, negara-negara dengan kekuatan nuklir bisa terlibat, yang akan membawa dampak tak terduga dan sangat menghancurkan," kata Holz.

Krisis Iklim Dunia

Krisis iklim juga menjadi faktor utama dalam keputusan ini.

Baca Juga: Geliat Ketum PSSI Erick Thohir Mampir ke Belanda, Pertemuan dengan KNVB untuk Ujicoba

Data dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB menunjukkan bahwa 2024 adalah tahun terpanas dalam sejarah.

Holz mengingatkan bahwa dalam dekade terakhir, dunia telah mengalami periode yang sangat panas, dan meskipun ada peningkatan penggunaan energi terbarukan seperti angin dan matahari, langkah-langkah global untuk mengatasi perubahan iklim masih jauh dari cukup.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sytha AR

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X