Sulawesinetwork.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan bahwa deep learning bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang akan semakin diperkuat dalam sistem pendidikan Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning yang disiarkan melalui YouTube tvmU Channel pada Senin (17/2/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa konsep deep learning sebenarnya sudah lama berkembang dan diterapkan di berbagai negara.
Baca Juga: Nokia UltraView 2025 Hadir dengan Kamera 300MP dan Baterai 7000mAh, Mengguncang Pasar Smartphone
Deep Learning Bukan Hal Baru, Sudah Diterapkan Sejak 1976
Abdul Mu'ti mengungkapkan bahwa ia pertama kali mengenal konsep deep learning saat menempuh studi master di Australia pada tahun 1995.
Konsep ini dia pelajari dalam mata kuliah "Cognitive Psychology and Its Implication", yang membahas bagaimana pembelajaran mendalam dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Baca Juga: Kabar Gembira untuk Guru! Tunjangan Profesi Naik, Sertifikasi Dipercepat
"Deep learning ini sebenarnya bukan hal baru. Sejak tahun 1976, negara-negara seperti Norwegia, Swedia, dan beberapa negara Skandinavia serta Eropa sudah mulai memperkenalkannya," ujarnya.
Melihat efektivitasnya, ia menilai pendekatan ini harus diterapkan dalam sistem pembelajaran di Indonesia agar siswa tidak hanya menghafal, tetapi benar-benar memahami konsep yang dipelajari.
Deep Learning: Bukan Kurikulum, tapi Pendekatan Pembelajaran
Baca Juga: Cek Pencairan Tunjangan Profesi Guru Agama, Begini Langkah-langkahnya!
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, Abdul Mu'ti menegaskan bahwa deep learning bukan kurikulum baru, melainkan cara belajar yang lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan.
"Deep learning itu bukan kurikulum, tetapi pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih memahami mengapa mereka belajar sesuatu, bukan sekadar menghafal," jelasnya.