Kecelakan kerja dalam Hilirisasi Nikel tidak saja terjadi di IMIP, tentu kita masih ingat meninggalnya buruh perempuan di PT GNI yang memicu kerusuhan dan mengkriminalisasikan 18 orang buruh di PT.GNI.
Ketua Umum Aliansi Gerakan Reforma Agraria, Mohammad Ali menerangkan jika serangkaian kejadian tersebut terungkap fakta bahwa megahnya Hilirisasi Nikel adalah omong kosong.
"Projek Hilirisasi Nikel pada faktanya telah mengeruk sumber daya alam, menyingkirkan banyak masyarakat dari tempat tinggal dan tempat kerjanya," ungkapnya melalui rilis yang dikirimkan ke redaksi sulawesinetwork.
Bukan hanya itu, menurut Mohammad Ali projek hilirisasi itu juga telah merubah dan merusak lanskap lingkungan hidup, menghancurkan hutan-hutan alam.
"Kini setelah beroperasi melakukan hubungan kerja yang eksploitatif dengan buruknya system keselamatan kerja yang diterapkan," terangnya.
Untuk menutupi setiap kecelakaan kerja, PT IMIP dan perusahaan-perusahan yang beroperasi didalamnya melalui Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan beberapa larangan.
Larangan tersebut seperti melarang pekerja untuk melakukan penyebaran berita, video dan gambar atas setiap peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan kerja yang berkonsekwensi pada sanksi yang bisa didapatkan oleh pekerja.
untuk itu, lanjut Mohammad Ali. Tidak jarang perusahaan akan melakukan upaya intimidasi terhadap pekerja dengan menyebarkan pesan berantai melalui group-group Whatsapp sembari melampirkan dokumen PKB.
"Seperti yang terjadi saat ini dimana telah beredar pesan WA berantai melalui group-group WA yang intinya adalah melarang penyebaran berita dan dokumentasi kejadian meledaknya tungku smelter pagi ini," ucapnya.
Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan smelter nikel yang beroperasi di wilayah PT IMIP yang mayoritas adalah perusahaan tiongkok dan didanai oleh Bank-bank pembangunan tiongkok.
Juga melakukan serangkaian pelanggaran HAM dan pelanggaran hukum ketenaga-kerjaan seperti pemberlakuan sanksi surat peringatan dan pemotongan upah hingga mencapai Rp 3 juta kepada buruh ketika mengalami kecelakaan kerja. (*)
