ragam

Merangkai Male, Menghidupkan Maulid: Tradisi yang Tak Pernah Layu

Selasa, 23 September 2025 | 11:30 WIB
Bunga Male

Sulawesinetwork.com - Di tengah arus modernisasi, masyarakat Bugis-Makassar masih teguh melestarikan tradisi Merangkai Male sebagai bagian dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Male bukan sekadar hiasan, melainkan simbol kebersamaan, syukur, dan cinta pada Rasulullah.

Male biasanya berupa susunan makanan, buah-buahan, hingga jajanan tradisional yang ditata indah di dalam wadah.

Baca Juga: Transformasi Karier Ousmane Dembele: Redup Bersama Barcelona, Raih Ballon d’Or 2025 Bersama PSG

Hasil rangkaian itu kemudian diarak ke masjid atau rumah ibadah untuk dipersembahkan dalam acara Maulid.

Tradisi ini melambangkan kedermawanan, kebersamaan, sekaligus pengikat silaturahmi antarwarga.

Meski zaman berubah, semangat gotong royong dalam merangkai Male tetap kuat. Setiap keluarga berlomba menyumbangkan makanan terbaik mereka, bukan sekadar untuk dipamerkan, melainkan sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan rasa syukur atas rezeki yang dimiliki.

Baca Juga: Memahami Defisit APBN Rp321,6 Triliun hingga Agustus 2025 dan Kondisi Keseimbangan Primer

Tradisi Male juga memperkuat identitas budaya masyarakat Bugis-Makassar. Bagi generasi muda, keterlibatan dalam perayaan ini menjadi cara belajar nilai kebersamaan, penghormatan, dan kecintaan terhadap agama dan budaya leluhur.

“Male bukan hanya simbol makanan, tetapi juga ungkapan cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad SAW. Itulah mengapa tradisi ini tidak pernah layu,” tutur seorang tokoh agama di Bulukumba.

Baca Juga: Soal ‘Tot Tot Wuk Wuk’ Sirene dan Strobo di Jalan Raya, TNI Akui Suaranya Bikin Emosi dan Mengganggu

Di era serba cepat dan praktis, Male tetap bertahan. Tidak hanya di desa-desa, bahkan di perkotaan tradisi ini masih digelar dengan penuh semarak.

Male seakan menjadi pengingat bahwa modernitas boleh datang, tetapi akar budaya dan nilai-nilai spiritual tidak boleh ditinggalkan. (*)

Tags

Terkini